Wednesday, November 7, 2012

Sudahlah

Negara Tropis panas membara membakar asa

Keberadaanku baik di sini atau di sana itu hanya ada, itu saja.
Aku tidak berusaha mempesona lalu membuat orang lain terpikat.
Tidak.
Keberadaanku itu jauh dari keinginan untuk menginspirasi seseorang ahh terlalu jauh dari anganku yang bukan siapa-siapa ini.
Aku juga tidak ada rasa terpacu untuk berkarya itu hanya semata-mata dilihat orang lalu orang dengan mudahnya memujiku, ah tidaklah.
Keberadaanku di sini atau di sana hanya ingin sekedar menyapa lalu belajar memetil intisari dari setiap kejadian.
Demikian juga Pendidikan Mandiri alias Homeschooling yang kami jalankan itu semua berjalan apa adanya, dan sekali lagi tidak berusaha memikat orang lain untuk berlaku sama.
Setiap kehidupan seseorang itu mempunyai makna dan keberadaan makna itu jadi sebuah pelajaran.
Aku ini jauh dari keinginan dipuji karena memang aku ini layak jauh dari pujian.
Beberapa kali dituju dengan tuduhan yang salah tapi aku tidak berontak karena aku tahu waktu itu akan menjawab semuanya, bukankah yang memiliki kebenaran itu hanya Allah, maka aku hanya menjalankan peranku untuk menanti kebenaran terungkap.
Untuk apa aku meluapkan emosi yang tak terkendali lalu menyemburkan pada orang-orang yang ada di sekitarku, hanya menimbulkan luka saja.
Sudahlah, saatnya hening dari banyak hal.
Sudahlah.

*di suatu tangga, di suatu bulan, di titik kesadaran tertentu

Tuesday, October 23, 2012

Banyak Mendengarlah Mbhit, Saatnya Sedikit Bicara

Great Serenity from Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi)

Why are you so afraid of silence,
silence is the root of everything.
If you spiral into its void,
a hundred voices will thunder messages you long to hear.

Be silent,
Only the Hand of God
Can remove
The burdens of your heart
Be silent,
The one who has seen
The Beloved's Ocean
Can not and should not be roaming
Around a stream.
Be silent,
Since the Silent One
Will make everyone:
To taste, taste, taste, taste
This Wine
I took a vow of silence
And my tongue is tied
Yet still,
I'm the speaker without a speech, tonight


Dari kumpulan kata-kata yang sejuk ungkapan Rumi itu aku berkaca, melihat diriku.
Ah sedihnya, aku terlalu banyak bicara sampai lupa mendengar.
Saatnya di usiaku yang akan menuju 40 tahun ini untuk lebih banyak mendengar.
Tidak ada kata terlambat, memulailah saat ini Duhita.
*di suatu tanggal, di suatu bulan, di suatu masa, di saat kesadaran menyapa *


Monday, September 17, 2012

Septemberku

Negara Tropis mulai panas membara tapi sejuk dalam doa


Assalamualaikum Honey manisku
Harapan dalam doa selalu aku panjatkan untukmu, harapanku tentangmu kusandarkan padaNya semata.
Selamat tambah usia ya, yang harus Kau tahu adalah Kau hal luar biasa yang aku punya mulai 13 tahun lalu sampai kini.
Kau tersenyum kusapa begitu.
Senyum yang sama ketika kita pertama kali bertemu.
Senyum dan binar matamu itu udara bagiku.
Tidak kita pungkiri 13 tahun bersama itu susah senang silih berganti.
Belajar banyak hal tentang kehidupan bersama.
Menyeimbangkan irama emosi kita itu butuh kesabaran pada diri kita.
Dan tahu kah Kau.
Kau mengajarkan banyak hal padaku.
Mengajarkan ketegasan dan penghargaan pada diri sendiri.
Teriakan anak-anak memanggilmu ketika Kau pulang setiap sore selalu jadi nyanyian merdu yang aku nantikan.
Selamat tambah usia untukmu, Semoga Allah Melimpahkan segala kebaikanNya untukmu.
Kau adalah Septemberku.

Monday, August 6, 2012

Pemenang Sesungguhnya adalah Siapa Yang Bertahan

Negara Tropis dalam buaian angin dingin.

Di saat aku merasa sudah tidak ada kekuatan lebih lagi untuk melawan keadaan yang sedang sering memojokkanku, keajaiban itu datang.
Sejak sadar betul bakal ada jalan panjang berliku serta terjal yang harus aku lalui, aku cuma meminta Allah memberiku kekuatan padaku untuk bertahan sampai aku bisa melalui semua.
Mendampingi seseorang yang luar biasa dalam segala hal itu tidak butuh hal yang luar biasa, hanya dibutuhkan kekuatan untuk bertahan.
Beberapa orang yang merasa peduli padaku seakan mendukungku tapi yang aku dapat adalah sebaliknya, seakan mereka selalu meyakinkan jalan yang aku lalui terlalu berat buatku. Hal ini yang membuatku berhenti untuk sekedar berbagi melepas penat. Aku sudah menetapkan diri baiknya dalam tangisku itu aku bawa dalam doa saja. 
Allah itu bukan sekedar sebaik-baiknya pelindung * penolong tapi Dia itu luar biasa menyerap segala tangis dan lelahku.
Apakah aku sadar begitu saja ?
Tidak.
Aku melaluinya dari sebuah pengkhianatan seseorang yang begitu mudah mengumbar keluh kesahku.
Dari teguran Allah itu aku jadi percaya bahwa tempat paling luhur untuk menghiba keluh kesah itu cuma pada Allah Semata.
Dari sebuah pengkhianatan aku belajar untuk tidak percaya begitu saja pada manusia bermulut manis.
Pahitnya berkeluh kesah pada sesama itu adalah direndahkan.
Jauh berbeda dengan apabila kita berkeluh kesah pada Allah, kemuliaan dijanjikanNya.
Terlalu sombong kalau aku tidak berkeluh kesah pada Allah.
Aku sering merasa menulis begitu banyak surat keluhan padaNya sebanyak aku mensyukuri nikmaNya yang melimpah.
Air mata tak sia-sia jadi hina kalau menangis padaNya.
Aku mohon kekuatan untuk bertahan dalam keadaan apapun.
Aku tidak peduli kata orang yang selalu mengecilkan tekadku, tidak berpengaruh lagi.
Aku bertahan untuk menang demi anak-anak.
Itu saja.

*di suatu tanggal, di bulan Seribu Bulan Ramadhan 1433 H, di suatu tempat, di kesunyian dari riuhnya dunia*

Thursday, August 2, 2012

Eva Cassidy - Fields of Gold lyrics

Di Kala Fajar Menyambut Mentari

Aku diam duduk termangu dalam banyak dunia di pikiranku, sejenak aku terhempas, tertampar, adakah Allah di benakku ?
Begitu ramainya dunia dalam pikiranku.
Allah, Allah, Allah tempatku bergantung semata.
Tempatku berpasrah.
Sejenak dunia yang riuh lalu lalang di pikiranku itu berhenti, hanya karena naungan di dunia membuatku masuk dalam putaran sibuknya dunia.
Astaughfirullah ...
Di kala fajar menjelang mentari hangat aku mulai kembali dalam keheningan.
Entahlah, aku yakin segala usaha tiada yang sia-sia terlebih dalam balutan doa-doa.
Dari dasar hati yang syahdu aku bergumam pelan lirih ... sudahlah Duhita, Allah Yang Serba Maha yang menyediakan jalanmu.
Demikian juga Allah yang akan menyediakan tempat untuk kami bernaung.
Pelajaran penuh makna adalah mulai saat ini kami harus mempersiapkan tempat tinggal anak-anak kelak, agar energi dan pikiran mereka kelak lebih kreatif dan siap menyongsong apa yang akan mereka hadapi.
Di kala fajar menjelang matahari, kesadaran muali menghangat bahwa hidup hanya pinjaman dariNya semata maka sudah seharusnya aku harus mempersiapkan anak-anak, bekal mereka agar cukup kami saja yang demikian berjuang untuk hal-hal mendasar saat ini.
Di kala fajar menjelang mentari aku berharap kelak kesadaran tetap menyengatku agar rasa terlunta-lunta dalam menipisnya tenaga dalam masa perjuangan tidak dialami anak-anakku.
Allah sampai mana ijinMu untukku memiliki naungan di dunia ini...lirihku bertanya dalam kilasan peristiwa.
Dalam keterbatasan yang aku punyai saat ini aku seakan mencari seoongok batu untuk menghindari badai di gurun pasir di tempatku berpijak saat ini...entahlah

*di suatu tanggal, dalam banyak doa mohon naungan Allah semata.

Letter to You

Dear You

Hello Love,
Apa kabarmu ?
Tahukah Kau kalau aku begitu kaya sejak bertemu denganmu.
Tahukah Kau kalau aku begitu merasa hangat sejak bertemu denganmu.
Tahukah Kau meski nampaknya aku lelah terus-menerus dikelilingi anak-anak yang begitu menyita waktu dan keseharianku, meski mereka merenggut kecantikanku, sebenarnya rasa yang sebenar-benarnya sejak bertemu denganmu lalu kita dikaruniaNya 2 anak yang manis-manis itu, Kau membuat hidupku pasti.
Kau membuatku menjadi istri, ibu dan pengurus rumah, meski buruk tapi aku sudah berusaha sebaik mungkin (smile).

Hello Love,
tahukah Kau, aku tergila-gila padamu, setiap hari.

Hello Love,
tahukah Kau, wajah anak-anak kita begitu aku kagumi karena ada Kau pada wajah mereka.

Hello Love,
tahukah Kau, kalau kesulitan kita itu hanya sekedar uang itu bukan apa-apa bagiku.
Karena buatku kesulitan besar itu adalah kehilangan cintamu.

Hello Love,
aku tidak mau lagi memaksamu tersenyum padaku karena bagiku kau sudah selalu tersenyum padaku.

Hello Love,
tahukah Kau bahwa aku sering memandang wajahmu ketika Kau nyenyak dalam tidurmu. Apakah aku dalam mimpimu, entahlah.

Hello Love,
meski suara anak-anak begitu berisik dan terkadang memojokkan egoku untuk merasa sebal ah tidak Love tidak sebegitunya karena aku cinta suara mereka karena nada suara mereka ada nada suaramu yang sangat merdu bagiku.

Hello Love,
to Me You are Perfect

Di suatu tanggal, di suatu rasa kasmaran yang tak pernah habis, di suatu tempat bersamamu.
DH pada AP

Thursday, July 19, 2012

Alhamdulillah, DiijinkanNya Berjumpa dengan Ramadhan 1433 H

Negara tropis ditempa angin sepoi-sepoi, mendamaikan hati.

Insya Allah hari ini saya berpuasa wajib Ramadhan di tahun 1433 H yang jatuh di umur saya yang ke 37 tahun.
Memaknai bepuasa butuh beberapa tahun mengasah saya untuk paham.
Beberapa kali kita menyalahkan Setan karena kekhilafan yang kita perbuat, bahkan sering kali.
Kalau memang Setan dibelenggu saat ini maka kita melawan diri kita di wujud keburukan kita sendiri.
Tidak perlu menyalahkan Setan kan kalau saat menjalani ibadah puasa kita tergoda melakukan banyak hal yang tidak seharusnya.
Tidak seharusnya itu termasuk hal-hal yang remeh, membicarakan keburukan orang.
Mudah tapi sering kita terpeleset di situ, membicarakan keburukan orang.
Sudah tentu saya sering tidak bisa menghindari hal-hal tersebut, hal-hal mudah yang ternyata berat.
Dengan kesadaran penuh sementara Facebook saya silence, Twitter saya sepi.
Bukan saya sok suci, sok sibuk di Bulan Suci Ramadhan ini.
Saya cuma sadar saya harus membelenggu diri saya dari hal-hal yang membuat saya tergoda mengomentari lalu saya terlena mengolok seseorang dengan mudah, prasangka itu memang datangnya kapan saja.
Apakah Setan menggiring saya dengan prasangka ?
Tidak
Saya yang menciptakan pikiran saya sendiri.
Untuk itu saya sadar dengan keterbatasan saya, maka saya layangkan permintaan maaf lalu saya mundur dari hingar bingar Facebook dan Twitter.
Bulan Ramadhan itu Rahmat yang diberikanNya pada saya, apakah saya akan menyia-nyiakannya begitu saja, bisa kan membunuh waktu dengan yang seharusnya dilakukan.
Ibadah di Bulan Seribu Bulan ini bukan main-main.
Masih maukah saya terlena dengan hal-hal yang sepertinya sepele tapi malah membuat saya tidak bisa mengerem diri saya sendiri.
Saya tidak takut dibicarakan dengan sinis, saya cuma takut tidak memaknai Ramadhan dengan maksimal. Umur kan tidak ada yang tahu.
Saya juga tidak minta dihormati dalam menjalankan ibadah puasa, melarang warung buka hanya karena minta dihormati.
Karena makna Puasa itu adalah kita mengendalikan diri kita secara maksimal dengan keadaan yang apa adanya.
Sedih juga sebagian dari kita ini berpuasa hanya menunda saat makan dan minum lalu sudah mengangankan menu apa untuk berbuka nanti.
Sudahlah penghakiman di atas adalah saya menghakimi diri saya sendiri, bukan orang lain.
Dengan segala kerendahan hati saya memohon maaf atas khilaf selip kata yang tercipta dari pemikiran saya lalu diketik oleh jari-jari dua tangan saya.

Ramadhan 1433 H di usia saya yang ke 37 tahun, di suatu tempat dengan segala kesadaran pemikiran yang sederhana ini tanpa menyalahkan Setan.

Wednesday, July 11, 2012

Tanpa Kau Tahu

Negara Tropis didera angin dingin, membekukan hati


Tanpa kau tahu aku tahu tapi aku tidak akan pernah bisa paham dengan pilihanmu.
Aku terpaku diam, nyeri paku diam itu menembus hatiku, sakit.
Aku menangis keras lalu lirih lalu berubah nangis miris tanpa air mata.
Aku memutuskan hanya memandangmu dari jauh karena kau demikian tega menentukan pilihanmu tanpa memikirkan keselamatan dirimu.
Aku marah tapi tak berdaya.
Aku yang percaya kau tulus itu ternyata kau tipu habis-habisan.
Aku tidak pernah menaruh harapan tinggi padamu karena aku sayang padamu, mendukungmu dalam keadaan apapun.
Aku merana mengingat manisnya perjalanan kita puluhan tahun meniti hidup, bahu-membahu memahami sekitar kita.
Aku hancur luluh lantak kau tipu habis-habisan.
Kau pikir kau bisa berkedok sampai kau mati.
Kau pikir kau bisa bertaubat setelah kau puas dengan ketidakwajaranmu.
Kau menyerahkan diri hanya pada kesenangan sesaat bahkan pada kesenangan yang bukan di titian yang semestinya.
Kau habiskan kesetiaan kasihku dengan kebohonganmu yang brutal.
Tahukah kau, aku tak sanggup membencimu.
Aku hanya merasakan kau tersesat di jalan gelap yang kau pilih.
Andai aku punya lentera aku tarik kembali kau dari gua kegelapan itu.
Tahukah kau, belahan hatiku masih berharap bahwa kebohongan itu tidak nyata.
Tahukah kau, belahan hatiku yang selalu mendukungku itu selalu membisikkan kata-kata : "Tunggulah dia sayangku, kelak dia kembali di titian yang semestinya, mari kita selamatkan dia".
Tapi aku sudah hancur tak mau berharap banyak hanya bisa bergumam tanpa kau tahu, aku sudah tahu dan aku hancur.


Di suatu tanggal, di suatu bulan, di suatu tempat terkuaknya segala kebohongan, di suatu kehancuran. Terima kasih tak terhingga pada Belahan Hatiku, Kekasihku yang selalu mendampingiku bahkan saat aku hancur, Belahan Hatiku yang membuatku utuh kembali.

Sunday, July 1, 2012

Belajar Banyak dari Tempaan.

Negara tropis menyambut kemarau kering bertiup angin dingin, mengeraskan tekad.


Dari ajang Final Indonesian Idol 2012 mataku yang mulai menua bisa melihat dari sisi yang berbeda, tidak berniat menghakimi seseorang, ini sekedar berbagi hasil penglihatan mata yang mulai menua dan baru sadar akan arti sesungguhnya hidup.


Kamasean Matthews, gadis muda belia baru berumur 17 tahun bulan Juni lalu begitu berlimpah bakat menyanyinya. 
Suaranya tidak sekedar merdu tapi juga punya warna tersendiri ehm bahasa awam saya ya suaranya berciri khas. 
Begitu mudah jalan yang dia lalui karena memang keunggulan suaranya itu membuatnya mudah melaju ke tahap selanjutnya.
Meski dia bercerita betapa perjuangannya mengikuti audisi benar-benar menguji kesabarannya, datang jam 7 pagi dan baru masuk ruang audisi untuk didengar juri pada pukul 11 malam. 
Dan tidak sia-sia dia lolos ke tahap-tahap selanjutnya. Semua rintangan yang dihadapinya tidak berarti di usianya yang masih muda, ibarat kata menurut saya seolah dia ibarat mobil  langsung melalui jalan tol tanpa rintangan berarti.
Dampaknya dia teguh memegang idealisme untuk bernyanyi di jalur Jazz, jalur tidak umum tidak semua orang bisa menikmati.
Dia menikmati lagu yang dia nyanyikan untuk mengekspresikan dirinya, menggelegar, meletup-letup khas semangat anak muda.
Dia menyanyi dengan ada rasa untuk menunjukkan dia mampu berbelok di jalur-jalur yang sulit, nampak jelas egonya.
Masih sangat muda dan melewati rintangan tak berarti membuatnya maaf egois menyanyi sekedar menunjukkan kemampuannya dan tidak terbantahkan suaranya memang merdu tapi lagu yang dia bawakan dia nikmati sendiri, nampak ketika dia menyanyikan lagu Vina Panduwinata yang berjudul Logika. 
Amburadul karena dia bikin nuansa jazzy dengan egonya, mungkin bagi para ahli merdu tapi merdu saja tidak cukup. Dia menyanyi hanya untuk menunjukkan bahwa dia jago menyanyi.
Menyanyi untuk banyak kalangan itu harus ada unsur menghiburnya, ah ini hanya pengertioan yang aku pahami.
Dari Kamasean yang masih sangat belia dan luar biasa merdu suaranya saya belajar menghargai suatu kemudahan yang kita alamai jangan sampai membuai kita lalu kita lupa diri, terbuai jadi egois.
Dari usianya masih muda jelas dia butuh asahan butuh suatu penolakan untuk membuatnya menghargai keberadaannya sebagai penyanyi yang menghibur pendengar bukan hanya sekedar penyanyi yang mengekspresikan dirinya saja.
Dan saya yakin kelak dia jadi penyanyi luar biasa kalau dia mau belajar dari sebuah kerendahan-hati. Selamat belajar Kamasean Matthews, kau luar biasa, usiamu masih muda jalan panjang masih terbentang lebar untukmu.
Selamat Kamasean Matthews meski belum tuntas babak final ini, selamat datang di dunia hiburan.


Regina Ivanova, finalis Indonesian Idol 2012 ini melalui 6 kali audisi Idol, Audisi pertama dia bareng dengan Delon.
Dan baru audisi yang ke 6 ini dia lolos berlanjut ke babak spektakuler.
Regina luar biasa kuat, konsisten dan belajar banyak dari kejatuhan-kejatuhan yang dia alami.
Tidak ada kata putus asa dan dari 5 kali audisi sebelumnya yang membuat dia gagal itu dia pelajari, hasilnya dia selalu tepat memilih judul lagu dan warna musik yang dia pilih.
Kegigihannya mengajarkan banyak hal, boleh jadi dia kalah di 5 audisi sebelumnya, justru 5 kali kegagalan itu dia mengantongi banyak ilmu untuk menjadi penyanyi sejati, justru 5 kali kegagalannya itu membuatnya menang kelak, saya yakin itu.
Saya terpukau ketika dia membawakan lagu Vina Panduwinata dengan judul Ternyata Aku Makin Cinta, warna suaranya yang lembut dan cara bernyanyinya murni untuk menghibur penonton/pendengar karena dia bisa mengikis egonya untuk menonjolkan kemampuannya secara berlebihan. 
Benar kata Agnes Monica ibarat kata apa yang disajikan Regina itu masakan, maka masakan Regina itu pas sesuai semua ya porsinya ya rasanya pas luar biasanya.
Ketika Regina membawakan lagu Kemenangan, yang terdengar adalah suara lembut tapi TEGAS tidak membentak, indah.


Dari sekedar menonton saya jadi belajar banyak hal tentang betapa perjuangan dari jatuh untuk bangkit berjuang kembali itu menghasilkan kekuatan dan empati, mengikis keegoisan.
Saya belajar juga bahwa kemudahan yang begitu membentang itu jebakan yang tak nyata, sering membuai kita untuk egois angkuh ingin dilihat tanpa memperhatikan perasaan orang lain terhadap kita.

Sedangkan kegagalan yang dihadapi dengan kuat untuk bangkit kembali itu mematangkan jiwa, menguatkan langkah.




"di suatu tanggal di suatu kesadaran"



Sunday, May 13, 2012

Sehat, Sakit dan Sembuh



Dalam keadaan sehat hati, jernih dalam berpikir dan sejuk apabila lisan yang dikeluarkan tidak menyakiti hati orang sekitar kita, orang-orang yang sepantasnya kita jaga perasaannya.
Itu dalam kondisi sehat hati, tapi apakah benar kita selalu dalam keadaan sehat.
Penyakit hati itu bisa menyerang siapa saja, racun perkataan yang bertebaran sering membuat hati kita mendengarkannya lalu tanpa terasa menyerapnya kemudian membiarkan hati kita terserang racun tersebut.


Benar kita lah yang membiarkan hati kita sakit, bukan orang lain.
Aku sering mengalaminya dan ketika di usia 37 tahun ini aku tersadar bahwa sumber permasalahan itu ada pada diriku sendiri ketika mengahadapi suatu masalah.
Aku memendam sakit hati dengan menyimpan bara api perkataan-perkataan yang menyakitkan yang dilontarkan beberapa orang terhadapku, hasilnya adalah tanpa sadar hatiku yang sakit ini menjadikan racun bagi lisanku, bagi perkataanku.
Aku jadi pandai menyindir, skeptis dan sinis.
Menjijikan, mengerikan.


Butuh mata orang lain untuk melihatku sedemikian, benar adanya terlalu lengah kalau kita berkaca melihat diri sendiri, merasa baik dan terjaga itu bukan sadar diri tapi malah racun, membutakan pandangan nyata tentang diri.
Dan butuh besar hati untuk merenung, meratapi kesalahan yang tak terduga hanya karena hai sakit lalu kita mengumbar racun lisan menyakiti orang-orang di sekitar kita yang mestinya kita limpahi kata-kata sayang, lemah lembut dan penuh kasih.


Perenunganku begitu panjang, butuh keheningan untuk mendengar bisikan hati yang lirih karena dia terhimpit racun yang aku biarkan menyerangnya.
Ketika sunyi berdiam diri lalu menatap dua malaikat yang dianugerahkanNya padaku terlelap di pelukanku, aku sadar aku tidak mau teracuni lagi.
Ketika sunyi menyergap, aku sadar kejernihan berpikir itu menuntun seseorang untuk tidak emosional, tenang dan yakin bahwa jalan kehidupan sudah disediakan oleh Allah, apa susahnya menjalani dengan sabar dan tetap jernih tidak membiarkan penyakit begitu mudah menyerang.


Dari kepolosan anak-anak aku belajar banyak untuk menahan diri dari amarah.
Dari keraguan aku belajar untuk menahan diri agar tidak grusa-grusu.
Dari banyak hal termasuk dari cerita seseorang yang begitu getol menceritakan keburukan seseorang yang ternyata seseorang itu banyak membantunya, kecemburuan membutakan mata seseorang yang banyak mengumbar kejelekan seseorang yang menolongnya.
Dari sana aku belajar berkaca.
Termasuk memandang seseorang itu jauh lebih mulia dari kita, tidak merasa kita ini paling baik, tidak terlena dengan keadaan.
Ketika terhimpit kesusahan itu tandanya aku harus belajar membrangus kesombongan dan kepongahanku, menyadari betul semua ini titipanNya termasuk harta jika dimintaNya aku bisa apa selain mohon kekuatan padaNya pada Allah Semata.
Ketika nanti kelak aku bertemu begitu banyak kemudahan itu tandanya semua bukan hak-ku karena itu wajiblah aku berbagi dan selalu sadar bahwa semua ini kehendakNya.


Aku belajar untuk menjadi sembuh dari sakit hatiku, aku tidak mau menyakiti orang sekitarku, orang yang aku cintai itu dengan kata-kata menyakitkan hanya karena aku membiarkan hatiku sakit.
Aku tidak mau mencabik-cabik perasaan orang-orang yang aku cintai hanya karena aku memendam sakit hati karena hinaan dan sebagainya itu, aku tidak mau lagi mendikte hatiku dengan seharusnya mereka memperlakukan aku dengan halus karena aku halus berperilaku pada mereka dan sebagainya.
Aku tidak mau menancapkan taring beracun yang didiktekan hatiku untuk membalas sakit hatiku.
Dari sehat lalu sakit, aku mau sembuh.
Aku mau sehat kembali dan tidak mau sakit hati lagi hanya karena egoku.


*di suatu tanggal di mana kesadaran mulai terasa menghangat bahkan menyengat membakar sisi egoku menyalakan diamku*

Thursday, April 26, 2012

The Beatles - The long and winding road - Traduzido

Tanya Kenapa dan Jawabannya

Negara tropis, panas membara, membakar asa menuai debu harapan tapi tidak pernah mati asa tidak serapuh debu yang dihasilkan.




Aku bertemu sahabat karibku dalam renungan, karena sahabatku ini adalah hati kecilku yang selalu menguatkanku, suaranya mulai lantang bisa kudengar jelas.


Semua tanyaku dijawabnya dengan tenang dan lugas bukan mengecilkanku.
Bagaimana dia mulai terdengar lantang ?
Jawabnya adalah sejak aku dijatuhkan seseorang yang aku percaya, dikhianatinya aku karena dia membocorkan curahan hatiku.
Dan hati kecilku ini dengan tegas berkata, "Hita, kau sudah tahu kalau menghiba ke sesama manusia itu cuma membuatmu hina, kau bandel, baru setelah dikhianati begini kau baru sadar. Paling aman kau menghiba ke Allah semata, susahmu, sedihmu, marahmu katakan saja pada Allah di waktu hening, di waktu yang lain terlelap tidur dibuai mimpi".
Bisikan hati kecilku itu aku resapi.
Lalu sejak itu aku selalu berbincang dengannya ketika selesai menemani anak-anak memulai hari mereka.


Tanyaku : Kenapa begitu banyak yang menjatuhkanku
Jawabnya : Karena kau dianggap mereka terlalu kokoh


Tanyaku : Kenapa begitu banyak cemooh yang aku terima dan aku jadi lelucon
Jawabnya : Karena mereka ingin menyedekahkan amal baik mereka buatmu


Tanyaku : Kenapa kalau aku sedikit malas saja malah jadi bahan omongan dan diolok-olok
Jawabnya : Karena kau dituntut untuk sempurna dan itu melatih dirimu agar tidak lalai


Tanyaku : Kenapa aku tidak boleh sedikit saja membagi penatku, resahku
Jawabnya : Karena kau terlihat begitu kuat, mereka tidak ingin melihatmu lemah


Tanyaku : Kenapa aku tidak boleh sedikit saja mencurahkan kegundahanku
Jawabnya : Boleh koq boleh tapi pilih padaNya saja, aman dan Insya Allah kau kelak semakin kuat




Negara tropis di sebuah tanggal di sebuah kesadaran. 

Thursday, April 19, 2012

Dunia Oh Dunia

Negara tropis, panas membara membakar kesedihan, memanaskan kesadaran untuk diresapi.

Pagi itu aku bawa bungsuku untuk mengurus segala keperluan yang sempat tertunda beberapa hari ini.
Ketika melewati jalan persimpangan aku melihat anjing tergeletak seperti tidur tapi tidurnya tidak seperti biasa.
2 Jam kemudian dalam perjalanan menuju rumah setelah menyelesaikan urusanku, aku melewati anjing yang tidur itu lagi. Dan kali ini aku tahu itu bukan anjing yang sedang tidur tapi itu bangkai anjing.
Terkesiap aku, ingin menangis aku. 

Bukan karena aku iba dengan anjing itu tapi telah datang suatu peringatan padaku, padaku yang kemarin begitu sedih merasa terpuruk dengan berbagai banyak kesulitan.
Istighfar panjang kulafalkan lalu aku akhiri dengan doa Dzun Nun, aku merasa kecil tak berarti.
Bangkai anjing itu mengingatkan aku pada suatu sore ketika aku mengaji bersama Suami dan Ustadz Fa'iz, beliau ini yang menjelaskan tentang begitu hinanya dunia kalau kita mengagungkan harta yg cuma ada di dunia fana ini, beliau menjelaskan demikian : 
"
Allah SWT telah mewahyukan kepada Daud a.s. dengan firmanNya, 'Wahai Daud, perumpamaan dunia ini laksana bangkai di mana anjing-anjing berkumpul mengelilinginya, menyeretnya ke sana ke mari. Apakah engkau suka menjadi seekor anjing, lalu ikut bersama menyeret bangkai itu ke sana ke mari?' (Hadis Qudsi riwayat al Madani di dalam kitabnya)

Lalu kenapa aku mesti resah dengan kekurangan dan kesempitan yang aku hadapi ?
Aku sudah seharusnya sangat harus, mensyukuri apa yang terjadi dalam hidupku. Bukan hanya ketika berkecukupan lalu bersyukur dengan lantang sudah semestinya meski terhimpit dan terancam bahkan bergelimang fitnah aku juga bersyukur.
Dalam keadaan sedih pun rasa syukur harus ada, selama masih diberiNya umur bersyukur itu harus selalu ada.
Sudah semestinya aku mengerti banyak hal yang sudah aku lalui ini sudah disediakanNya jalan, kenapa aku mesti berontak nelangsa.
Aku sudah seharusnya kalaupun nelangsa aku tahu harus berkeluh kesah pada siapa, benar hanya padaNya saja aku mengadu, nelangsa dan memohon. 
Bukan pada sesama manusia, aku sudah kapok melenceng dari hal-hal ini. 
Aku pernah curhat nelangsa pada orang yang aku anggap baik dan halus ternyata dia hanya srigala berbulu domba ternyata dia malah membuatku dijauhi orang-orang sekelilingku, apa aku kecewa ?  
Ya pada mulanya aku kecewa lalu waktu yang membuatku sadar bahwa kekecewaanku itu pelajaran dari Allah.
Ada Hadist yang begitu gamblang menjelaskan tentang jangan berharap ke sesama manusia, sekali lagi ini pelajaran berharga buatku dan menyembuhkan luka hatiku. Dan menyadari bahwa pandanganku ini terbatas, begitu mudah percaya pada seseorang yang aku anggap baik ternyata pandanganku salah.

"Seandainya seluruh makhluk hendak memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu. Dan seandainya mereka hendak mencelakakan dirimu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan atasmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu. Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap sesuatu yang engkau benci terdapat banyak kebaikan, ketahuilah bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan, serta kemudahan itu (datang) setelah kesulitan."
[HR. Ahmad 2666]

Aku sadar Allah Ta'ala yang memperingatkanku atas semua yang aku alami termasuk ketika aku sudah begitu nelangsa dengan himpitan dunia, aku merasa kurang ini dan itu  aku malah dipertemukan dengan bangkai anjing yang tergeletak. 
Membuatku ingat kajian tentang dunia beberapa tahun yang lalu ketika aku dan Suami mendengarkan ceramah Ustadz Fa'iz.
Seperti memutar ulang kumparan waktu dan baru mengerti makna sesungguhnya.
Betapa meruginya aku ini.
Astaghfirullahaladzim, Ampuni hambaMu ini Ya Allah Ya Rabb.




Negara tropis, di suatu tanggal di suatu kesadaran.









Sunday, April 15, 2012

Bertamu (1)

Negara tropis, mulai panas membara tapi sinar matahari sengatannya memberikan kesadaran.


Hari itu aku mengemas pesanan kue, aku teringat akan salah satu tetangga baikku.
Kusisihkan beberapa kue untuk aku antar ke rumahnya begitu aku selesai dengan pekerjaanku.
Setelah pesanan aku antar, aku menyempatkan diri menghampiri tetangga baikku itu sambil membawa kue untuknya.
5 Menit pertama kami berbincang hangat lalu telepon genggamnya berdering, spontan dia menerima telpon, aku duduk tenang menunggunya tanpa bermaksud mencuri dengar obrolannya, lalu waktu berjalan, aku masih menunggu.
Tetanggaku memunggungiku, aku jengah karena merasa dia butuh untuk menjauh dariku lalu aku berdiri menjauh.
10 Menit terasa lama, aku masih merasa kurang sopan kalau aku berlalu begitu saja.
15 Menit kemudian, aku berdiri lalu pamit pada suaminya.
Aku pulang dan tetanggaku itu pun tidak mengantarku sampai pagar, dia masih asyik bertelepon ria tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.


Dalam perjalanan pulang aku berpikir atau berperang dengan egoku tepatnya.
Satu hatiku merasa terhina.
Satu hatiku merasa ini pelajaran yang aku terima kelak kalau ada tamu aku harus tahu mana yang aku dahulukan yang nyata di depan mata atau hanya sekedar telepon yang bisa dijawab dengan sopan kalau aku sedang ada tamu dan nanti bisa aku telepon kembali.
Pelajaran untuk peduli dengan sekitar itu mengasahku.
Begitu juga dengan betapa cepatnya perkembangan tekhnologi telepon genggam bisa menggerus kesopanan.


Ah sudahlah aku pokoknya pulang dengan kecewa tapi aku dapat pelajaran berharga agar kelak aku tahu dan sadar untuk menghargai tamu yang datang ke rumahku.

Sunday, April 1, 2012

Warna Bola Mataku

Negara tropis saat ini sering diguyur hujan tapi setelahnya langit cerah, biru cantik.


Anak-anak sedang membaca buku tentang mata manusia.
Si kecil mendadak bertanya warna bola matanya apa.
Si Sulung yang menjawab.
Lalu Si Sulung pun bertanya tentang warna bola mataku, aku jawab kalau bola mataku warnanya hitam
Ada yang membantah.
"Bukan hitam warna bola matamu itu, tapi coklat tua lembut, aku hapal itu karena aku suka menatap matamu baik saat kau bercerita ceria, sedih bahkan marah, aku selalu menatap matamu", katanya khas dengan gaya romantisnya yang tak terduga karena memang dia hampir tidak pernah merayuku, suara berat itu membuatku melayang.


Dalam keadaan apapun yang kami alami tiba-tiba menjelma jadi kisah cinta yang indah dan tidak butuh hamparan marah kecewa pada kehidupan begitu aku mendengar jawaban sederhana tentang warna bola mataku.
Aku menangis penuh haru, mengingat betapa hapalnya dia dengan segala yang ada pada diriku.
Tersenyum mesra menatap balik ke arahnya, ah tak apalah dia meski cuek dan bergaya dagelan lucu kalau aku sesekali merajuk manja.


Ada saatnya kami menjalani himpitan ekonomi yang tak terelakkan, kami jadi paham kami saling memiliki.
Tidak aku biarkan celah racun rayuan pada orang yang salah melihat kalau saat ini aku butuh keadaan ekonomi yang mapan secara instan.
Ada yang menggoda tapi jelas aku tidak tergoda sedikit pun
Aku tetap menghormati suami superku.
Aku tetap ada di sisi suami superku
Aku tidak peduli dengan begitu banyak rayuan sampah yang menujuku, salah besar dia menggodaku.
Salah alamat kalau dia menawarkan kemapanannya untuk membuatku terpesona dengannya.
Bagiku harta tak ternilai yang harus aku dampingi sampai Allah meminta nyawaku adalah suami dan anak-anakku.


Aku masih terpesona dengan jawaban Suamiku pada anak-anaknya kalau warna bola mata Ibu mereka itu adalah coklat tua lembut.
Allah menganugrahkan padaku lelaki luar biasa, Alhamdulillah.
Sujud syukurku untuk cintaku selalu, doaku agar kau dikuatkanNya selalu suamiku.
Terima kasih atas kasih sayangmu atas pandanganmu yang penuh cinta padaku.


Sinar matahari mulai menghangat di hari cerah ini, biarlah badai lewat karena setelahnya ada hari cerah, dan selama kau mendampingiku itu hal luar biasa terjadi padaku selalu, kau untukku, untuk kami.

Sunday, March 18, 2012

Belajar Banyak Hal dari yang Dialami Lini, Terima Kasih Lini.

Negara Tropis dihantam angin yang keras, mengguncang suasana hati.


-Roti Maryam, Kari Sardin diiringi oleh Buku Lini-
Lini menceritakan dengan gamblang perjalanan hidupnya di buku yang dia tulis, "My Life is an Open Book (AKU: Anak, Menantu, Ibu)".


Dari 242 halaman buku Lini itu aku semakin belajar tentang cinta tak bersyarat, tentang perjuangan seorang anak meraba cinta kasih sayang ibundanya.
Seperti masuk ke ruang yang bersekat-sekat terkadang gelap dan baru ada terang ketika berada  di ruang ketika dia menjadi seorang ibu. 
Menarik nafas panjang ketika ada di ruang tidak dikenali sebagai seorang anak, terasing dari abangnya juga.
Buku ini tidak sekedar membuat saya serasa naik kereta luncur cepat naik turun itu tapi juga membuat saya merasakan keterasingan seorang Lini ketika berhadapan dengan Ibundanya sendiri.
Sedih ?
Jelas, saya ikut sedih.
Perjuangan Lini untuk ingin dicintai sangat jelas.
Dari perjuangannya itu saya semakin sadar bahwa menjadi ibu itu bukan sebuah kekuasaan, bukan area untuk menjadi diktaktor. 
Itu yang saya dapat ketika membaca tentang sosok Ibunda dari Lini.
Saya lihat dengan jelas seperti benci tapi rindu tergambar di situ.
Bagaimana Sang Ibunda dari Lini ingin dicintai dengan caranya, cara beliau yang Lini sendiri tidak tahu atau tidak diberi arah bagaimana agar dicintai dan mencintai. 
Tapi bukankah dicintai dan mencintai dari seorang ibu itu tak bersyarat.
Bukankah menjadi ibu itu hal yang luar biasa menularkan cinta tanpa memaksa dibalas cinta.


Terus terang saya belajar banyak hal juga tentang bagaimana keyakinan yang kita anut itu harus diasah dengan kewajiban yang harus kita lakukan. 
Agama itu suri tauladan, tidak bisa diperintahkan begitu saja pada anak-anak.
Tidak bisa kita mewajibkan anak-anak melaksanakan sholat dan mengaji dengan kata-kata saja tapi dengan tindakan kita melaksanakan sholat dan mengaji. 
Anak-anak itu pencari Tuhan sejati. 
Dan orang tua adalah pembimbing utama anak-anak untuk mengenal agamanya. 
Sangat tidak adil kalau kita seenaknya mengatakan "Kamu harus sholat Nak"  lalu si anak balik bertanya "Kenapa harus sholat kalau Ibu tidak sholat". 
Ini jelas tidak adil kan, anak-anak butuh kita membimbing mereka. 
Saya tegaskan diri saya sendiri ketika membaca buku Lini bahwa keyakinan yang diyakini orang tua tidak bisa ditanamkan sekedar dengan perintah saja, sekali lagi anak-anak butuh kita menanamkan keyakinan, mencintai keyakinan.
Saya semakin menyadari penuh bahwa anak-anak mencintai agama bukan sekedar dengan kita perintahkan, anak-anak melihat kita, mengadopsi kekuatan keyakinan kita, mengadopsi cara kita berkeyakinan.
Ada yang sekedar memerintahkan anaknya sholat 5 waktu dengan cara keras tanpa menjelaskan ada cara mencintai sholat 5 waktu untuk dilaksanakan. 
Kita biasakan dengan cinta, terus terang saya jatuh hati dengan sholat ketika saya terjerat kesombongan, ketika itu saya berumur 17 tahun dan ada tugas di sekolah SMA saya waktu itu (sekolah umum negeri bukan sekolah berbasis agama), Guru Agama Islam saya yaitu Pak Sulthon mewajibkan setiap siswa maju bergilir membaca doa niat sholat sampai salam dalam 2 rakaat. 
Pada malam hari sebelumnya ketika sholat Isya saya sombong berujar ah besok cuma tugas maju hafalan bacaan sholat koq, itu gampang dan mudah. 
Begitu kesombongan saya waktu itu membuai saya dan menjerat saya jatuh keesokan harinya.
Ketika giliran saya maju saya tenang dan hati kecil saya berujar duhh tadi kesiangan ya sampai sholat Subuh cepat-cepat asal-asalan, ah cuma bacaan sholat ini aja, pasti mudah.
Saya maju dan dengan lancar membaca 5 niat sholat, membaca doa iftiftah lalu DOENGGGG saya lupa benar-benar lupa bacaan Al Fatihah. 
Pak Sulthon melotot, saya semakin gugup lalu saya melirik Henny yang tercengang menatap saya dengan heran, lalu Henny membisikkan ...Alhamdulillahirobbillaalaaminn...
Lalu saya lancar sampai selesai membaca doa bacaan sholat setelah saya Istighfar.
Kesombongan membuat saya jatuh tersungkur. 
Ini nyata dan saya mengakuinya.
Dari kejadian itu saya belajar untuk mencintai agama saya, mencintai rasa kerinduan saya pada sholat dan mensyukuri karuniaNya yang luar biasa saya mendapat suami yang tidak bisa dan tidak biasa meninggalkan sholat 5 waktu.
Saya jadi membahas keyakinan ini ketika saya memahami perpindahan Lini.
Semua tidak bisa lepas dari genggaman orang tua, tidak bisa begitu saja memerintahkan anak-anak taat kalau kita lengah.
Ini jujur saya akui  ini yang saya tangkap tentang pengajaran keyakinan yang dianggap nomer sekian oleh Ibundanya Lini. 
Pedih, tajam tapi ini jujur.


Dari perjuangan Lini saya belajar banyak hal.
Dan saya salut pada Lini karena dia mau memperbaiki semua yang lengah dari yang dia peroleh itu dia jamin tidak akan terulang pada dua buah hatinya.
Dia dendam untuk kebaikan dua anaknya dan pasangannya.
Dia tidak mau mengcopy, menjadi Ibundanya.
Luar biasa hal itu membuat saya menangis.
Perjuangan Lini mendapatkan cinta dan pengakuan dari Sang Ibunda membuat saya menggigil di tengah panasnya terik matahari siang itu dan terpaan angin seakan memporak-porandakan hati saya.
Lini, terima kasih pelajaran berartinya ya.


Hita

Tuesday, March 6, 2012

Akibat Sok Akrab, Salah Alamat

Negara tropis diterpa hujan syahdu di waktu menjelang fajar, menyisakan pelajaran begitu Subuh usai.

Sesaat setelah usai Subuh dan Al Waqiah kami baca, aku meyiapkan sarapan sambil sesekali bercerita maklum rumah sewa yang kami tempati saat ini kecil mungil.
Aku bercerita tentang pertemuanku dengan salah satu adik Papaku.
Salah satu putra adik Papaku ini terbilang sukses saat ini, di usia begitu muda semuanya tercukupi.
Lalu aku tanya tentang alamat sepupuku itu ke Tanteku alias ibunya sepupuku itu.
Semula dijawab begini, "Oh iya nanti tak kasih alamatnya", gitu jawab Tanteku.
Sampai di akhir pertemuan Tanteku tidak kunjung memberi tahuku alamat sepupuku itu.
Bahkan ketika aku ingatkan untuk memberiku alamat sepupuku itu, Tanteku menjawab dengan alasan yang lucu, alasan yang cocok dia lontarkan ke anak usia 5 tahun, begini jawabnya, "Oh Hit, alamatnya adikmu itu panjang, Tante gak hafal".
Dia lupa kalau aku seorang ibu, sepanjang apapun alamat anakku kelak Insya Allah aku hafal karena pastinya aku mengirimkan bingkisan untuk anak cucuku.
Ah sudahlah
Dalam hatiku aku sudah tahu pasti Tanteku berpikir kalau aku sampai tahu alamat sepupuku itu aku pasti datang dan merepotkan sepupuku. Gelagatnya kelihatan jelas takut keberhasilan anaknya diusik oleh kehadiranku.
Pelajaran yang utama aku petik, keadaanku saat ini dicurigai akan selalu minta bantuan pada saudara yang kaya. 
Jelas Tanteku salah alamat menuduhku demikian.
Karena apa ??
Karena aku meminta bantuan hanya pada ALlah semata.
Pelajaran tambahan selanjutnya yang aku petik adalah sok akrabku ini merendahkan aku sendiri.

Suamiku mendengar ceritaku sampai habis lalu dia tersenyum tipis dan bertampang serius lalu suara beratnya mengalir begini, "Lain kali cukuplah salam dan tidak usah kau tanya apa pun".

Ternyata menjadi terpinggirkan itu menjadi tahu diri.
Aku siapkan sarapan suamiku lalu aku siapkan bajunya, selesai dia dhuha aku sodorkan keperluannya yang aku siapkan tadi.

Dari sepenggal cerita sederhana tapi nyata itu aku bersyukur bahwa Allah sebaik-baiknya penolong.
Hasbunallah wanikmal wakil, Cukuplah Allah Menjadi Penolong Kami.

Tentang perlakuan Tanteku itu tidak membuatku sakit hati karena semua kejadiannya yang menimpaku adalah atas izin Allah semata. 

Saturday, March 3, 2012

Jangan Memberi Embun Palsu

Negara tropis, panas membakar emosi agar hilang tak berbekas tapi masih menyisakan kecewa.




Maksud hatiku untuk berdaya secara ekonomi aku berdagang kecil-kecilan.
Banyak yang suka makanan produksi rumahanku yang memang bermodal pas-pasan.
Jadi aku selalu berharap dalam doa agar segera dibayar.
Apa daya banyak yang menyindir aku terlalu saklek.
Terlalu tidak percaya dan sebagainya.
Sedih, kenapa mereka tidak merasakan untuk mewujudkan produk itu aku mengorbankan waktu dan biaya.
Memang senang mereka pesan tapi sedih begitu mengecek posisi uang di atm yang tidak bertambah.


Aku cuma bisa meredam emosi dengan menangis dalam hati.
Tidakkah kalian lihat betapa beratnya kepercayaan.
Aku menjanjikan anak-anakku beli ice cream yang sekotak Rp 38.000 itu tapi atm-ku masih belum berubah.
Ya Allah, yang beli ini orang cukup semua lho.
Sedih terseok pulang dari atm, dan bingung jawab apa ke suami yang tanya nanti ya.
Tapi jaga image harus dibangun, harus tetap senyum meski hati menangis.
Seribu dua ribu itu berarti.
Aku tidak mau cerita ke suami betapa beratnya usaha kecilku ini, aku hanya akan bercerita kalau jadi pengusaha tanpa kredit dan benar-benar modal doa itu asahanNya di depan, perihnya hati tentang kelakuan konsumen juga bekal.
Aku tidak mau dikecilkan dengan kata-kata  "nah apa yang sudah aku bilang, resikonya itu lho".
Aku diam tapi aku tidak mau surut langkah.
Aku minta Allah aja ...
tidak meminta pada yang lain.
Pelajaran yang aku dapat, jangan memberi harapan ke orang yang memang begitu berjuang, embun palsu.
Sudahlah


*menutup pagi mendung, cucian menumpuk*

Monday, February 27, 2012

Hanya Disuruh Bersabar Saja, Ternyata itu Intinya

Negara tropis panas menyengat, menyadarkan diri apa itu arti kesabaran.

Hidup bergulir cepat karena lalai akan waktu.
Aku sadari itu.
Begitu sabar menjalani waktu yang tepat, Allah Paring keluasan waktu.
Tidak ada lagi perasaan begini : Oo gak terasa ya sudah sore, Oo gak terasa ya sudah berganti tahu. Harusnya terasa kalau kita mempersembahkan ketepatan waktu untukNya. Ampuni kelengahan kami Ya Rabb. Lengah waktu membuat tak terasa semua bergulir cepat.
Sadar aku itu ternyata karena aku lalai akan waktu yang tepat.
Persembahkan ketepatan waktu padaNya, itu ternyata kuncinya agar tak terlalaikan dengan bergulirnya waktu.
Allah Maha Baik.
Kita ini hanya disuruhNya bersabar dalam menjalani suratanNya, apa kita mengingkari jalan yang tersedia untuk kita ini.
Hanya sabar saja.
Kata-kata sederhana tapi berat untuk menjalani tapi sekali lagi tapi tidak khayal untuk dijalani.
Balutan doa memohon kesabaran padaNya selalu.

*bergulirnya usia, semakin licin jalan yang akan dilewati, ilusi pengejaran dunia membuat lengah mempersembahkan waktu yang tepat bagiNya, tidak lagi, tidak lagi. Mohon ampunan selalu atas kelengahanku dan menepatkan diri pada jadwalNya*


Sunday, February 26, 2012

Mari Jalani GarisanNya

Negara tropis, hujan datang sejuk menyapa, jiwa gersang itu telah bersemi kembali.


Pelajaran berharga dari berpasrah diri itu mulai menumbuhkan tunas damai.
Mulanya aku menanam bibit berpasrah pada jalan yang sudah digariskanNya dengan setengah hati.
Apa yang kudapat ?
Jelas penderitaan yang kudapat
Kenapa begitu ?
Karena aku terlalu dangkal memaknai arti berpasrah diri.
Aku masih belum total.
Aku masih mendikte Allah.
Contohnya begini, ketika kami susah dan mohon pertolongan, aku menetapkan siapa yang harus menolong kami dengan berpikiran mereka kan kerabatku sudah sepatutnya mereka menolong kami apalagi mereka jauh lebih mampu dari kami.
Dan aku tertampar jatuh karena pemikiranku yang dangkal.
Slappp...
Aku sadar diri.
Istighfar panjang
Menangis mohon ampunan bahwa aku terlalu mengkerdilkan Yang Serba Maha.
Kenapa aku mesti menentukan pertolonganNya datangnya dari mana.
Bodoh Duhita, kau menyiksa dirimu.
Sudah seharusnya berpasrah itu benar-benar berserah diri bukan mendikte.
Allah begitu Maha Memberi
Banyak pertolonganNya, kenapa aku menyempitkan diri.
Tamparan keras itu membuatku menangis menghajar diriku yang terlalu naif.
Berhenti mendikteNya.
Sadari jalanNya itu lebih pasti.
PertolonganNya datangnya secepat kilat.
Aku menjadi damai dengan begini.
Mari jalani garisanNya tanpa lepas doa dan harap cuma pada Allah semata Yaa Dzaljalaali Wal Ikram.

Friday, February 24, 2012

Masih Sama

Negara tropis panas membara membakar rindu.

Caranya memandangku masih sama
Caranya menyapaku masih sama
Setiap aku bangun dari tidur, dia menatapku mesra. Masih sama seperti dulu, seperti hampir 12 tahun saat kami masih pengantin baru.
Allah Maha Tahu, mengirimku orang yang baik, orang yang setia, orang yang menerima aku.
Allah Maha Mengerti dia paling pas untukku sampai nanti.
Aku mencoba menyapanya dengan cara berbeda tanpa suara, aku selipkan jemariku di atas jemarinya yg sedang ada di mouse komputernya, dia membalas dengan meremas jemariku...masih seperti dulu.
Aku tersenyum, dia dia menatapku.
Kami berhadapan tanpa suara.
Dia diam tapi aku tahu hatinya tersenyum untukku.
Masih sama, senyum yang dulu.
Biarlah kesedihan itu mengasah kita
Karena hangatnya sinar matahari masih membuat kita tersadar
Biarlah kegembiraan menyapa dengan cara kesederhanaannya...karena kau ada disampingku.

Negara tropis dilingkupi cinta menutup bulanku demgan diiringi suara Vince Gill bernyanyi di reff : I still believe in you.With a love that will always be. Standing so strong and true
Baby I still believe in you and me.  (Judul lagu : I Still Believe in You)

Friday, February 17, 2012

Alhamdulillah usiaku tahun ini, 37 tahun

Negara tropis panas membara, menyibak tirai keindahan bersyukur.




Sehari menjelang hari tepat persis berkurangnya usiaku, badanku terkena flu.
Sedangkan pekerjaan rumah tangga begitu menumpuk.
Aku benar-benar merasakan betapa kurang bersyukurnya aku kali ini.
Istighfar terus hatiku, lisanku.
Ya Allah mestinya aku mengerti batas kemampuan badanku.
Ya Allah ampuni aku terlalu memaksa diriku.
Sore hari dengan badan gemetar demam aku harus antar anak-anak Madrasah di masjid. 
Bagaimana ini, aku diam sejenak lalu Bismillahirrohmanirrohim..sekuat tenaga aku bangun lalu aku mandi, aku gosok badanku dengan jahe, aku cuci bersih rambutku. 
Alhamdulillah begitu keluar dari kamar mandi badanku segar, aku minum teh hangat buatan anak sulungku. Sholat Ashar sejenak.
Lalu dia tersenyum manis, "Jadi kan Ma, antar aku ngaji ?", tanyanya pelan-pelan. Aku mengangguk.
10 Menit kemudian anak sulungku sudah di depan masjid. 
Wajahnya ceria, dia mencium tanganku, mencium kening adiknya.
Aku bergegas pulang.
Memebereskan rumah, aku mencuci piring gelas yang menumpuk karena aku tinggal tidur tadi.
Mengepel lantai sampai badanku berkeringat.
Dalam pekerjaan rumah yang sedang aku kerjakan aku selipkan doa, aku berkali-kali meresapi doa Dzun Nun,
 LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya)
Tanpa terasa, air mataku jatuh. Lunglai tubuhku.
Sampai umur menjelang 37 tahun aku masih suka ngedumel tentang kerasnya hidup.
Ya Allahu...Ampuni hamba.
Baru menjelang 37 tahun ini aku begitu sadar bahwa Allah menganugrahkan semua nikmat, semua kekuatan, semua kejadian ini sesuai denganku.
Ya Allahu, Ampunkan hambamu ini.
Terima kasih atas semua yang telah Kau izinkan terjadi padaku.
Tanganku gemetar serasa Surah Al Anbiya' memanggilku.


Duhita, welcome home