Thursday, April 19, 2012

Dunia Oh Dunia

Negara tropis, panas membara membakar kesedihan, memanaskan kesadaran untuk diresapi.

Pagi itu aku bawa bungsuku untuk mengurus segala keperluan yang sempat tertunda beberapa hari ini.
Ketika melewati jalan persimpangan aku melihat anjing tergeletak seperti tidur tapi tidurnya tidak seperti biasa.
2 Jam kemudian dalam perjalanan menuju rumah setelah menyelesaikan urusanku, aku melewati anjing yang tidur itu lagi. Dan kali ini aku tahu itu bukan anjing yang sedang tidur tapi itu bangkai anjing.
Terkesiap aku, ingin menangis aku. 

Bukan karena aku iba dengan anjing itu tapi telah datang suatu peringatan padaku, padaku yang kemarin begitu sedih merasa terpuruk dengan berbagai banyak kesulitan.
Istighfar panjang kulafalkan lalu aku akhiri dengan doa Dzun Nun, aku merasa kecil tak berarti.
Bangkai anjing itu mengingatkan aku pada suatu sore ketika aku mengaji bersama Suami dan Ustadz Fa'iz, beliau ini yang menjelaskan tentang begitu hinanya dunia kalau kita mengagungkan harta yg cuma ada di dunia fana ini, beliau menjelaskan demikian : 
"
Allah SWT telah mewahyukan kepada Daud a.s. dengan firmanNya, 'Wahai Daud, perumpamaan dunia ini laksana bangkai di mana anjing-anjing berkumpul mengelilinginya, menyeretnya ke sana ke mari. Apakah engkau suka menjadi seekor anjing, lalu ikut bersama menyeret bangkai itu ke sana ke mari?' (Hadis Qudsi riwayat al Madani di dalam kitabnya)

Lalu kenapa aku mesti resah dengan kekurangan dan kesempitan yang aku hadapi ?
Aku sudah seharusnya sangat harus, mensyukuri apa yang terjadi dalam hidupku. Bukan hanya ketika berkecukupan lalu bersyukur dengan lantang sudah semestinya meski terhimpit dan terancam bahkan bergelimang fitnah aku juga bersyukur.
Dalam keadaan sedih pun rasa syukur harus ada, selama masih diberiNya umur bersyukur itu harus selalu ada.
Sudah semestinya aku mengerti banyak hal yang sudah aku lalui ini sudah disediakanNya jalan, kenapa aku mesti berontak nelangsa.
Aku sudah seharusnya kalaupun nelangsa aku tahu harus berkeluh kesah pada siapa, benar hanya padaNya saja aku mengadu, nelangsa dan memohon. 
Bukan pada sesama manusia, aku sudah kapok melenceng dari hal-hal ini. 
Aku pernah curhat nelangsa pada orang yang aku anggap baik dan halus ternyata dia hanya srigala berbulu domba ternyata dia malah membuatku dijauhi orang-orang sekelilingku, apa aku kecewa ?  
Ya pada mulanya aku kecewa lalu waktu yang membuatku sadar bahwa kekecewaanku itu pelajaran dari Allah.
Ada Hadist yang begitu gamblang menjelaskan tentang jangan berharap ke sesama manusia, sekali lagi ini pelajaran berharga buatku dan menyembuhkan luka hatiku. Dan menyadari bahwa pandanganku ini terbatas, begitu mudah percaya pada seseorang yang aku anggap baik ternyata pandanganku salah.

"Seandainya seluruh makhluk hendak memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu. Dan seandainya mereka hendak mencelakakan dirimu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan atasmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu. Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap sesuatu yang engkau benci terdapat banyak kebaikan, ketahuilah bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan, serta kemudahan itu (datang) setelah kesulitan."
[HR. Ahmad 2666]

Aku sadar Allah Ta'ala yang memperingatkanku atas semua yang aku alami termasuk ketika aku sudah begitu nelangsa dengan himpitan dunia, aku merasa kurang ini dan itu  aku malah dipertemukan dengan bangkai anjing yang tergeletak. 
Membuatku ingat kajian tentang dunia beberapa tahun yang lalu ketika aku dan Suami mendengarkan ceramah Ustadz Fa'iz.
Seperti memutar ulang kumparan waktu dan baru mengerti makna sesungguhnya.
Betapa meruginya aku ini.
Astaghfirullahaladzim, Ampuni hambaMu ini Ya Allah Ya Rabb.




Negara tropis, di suatu tanggal di suatu kesadaran.









No comments:

Post a Comment