Saturday, December 18, 2010

Siapa kamu ???

*Negara tropis panas menyengat di antara hujan yang datang tiba-tiba, sejuknya sering menguap*

Beberapa kali bertemu dengan kerabat yang dulunya erat, bersenda gurau bahkan saling bertukar cerita, ternyata hanya tersisa pandangan sebelah mata saja.
Tidak ada lagi canda tawa yang berbalas serta tawa renyah, hanya ada tatapan sinis serta sambutan dingin.
Pandangannya tidak teduh lagi.
Bahkan kini hanya beberapa kalimat sinis yang ditujukannya padaku.
Kalimat-kalimatnya menghakimiku, aku cuma diam, merekam semua kepiluan hati.
Ingin rasanya membuang rasa sakitnya hati, semakin ingin aku buang semakin melekat erat bahkan intonasi serta gaya bicaranya begitu menggema.


Dulu begitu bangga dia mengakuiku sebagai kerabatnya.
Kini ???
Sebegitu mudah ingin dia hapus aku dari kekerabatannya hanya karena kegagalan masih berpihak pada kami.
Perih ???
Iya. 
Bukankah hati Tercipta untuk menerima banyak luka agar tidak meluka ???
Jelas aku bukan orang yang baik untuk itu aku merasa harus banyak melakukan hal baik.
Jelas kesalahan begitu banyak menumpuk padaku karena aku jauh dari sempurna.
Tapi dari kesalahan yang aku lakukan jelas aku menyesalinya dan aku belajar banyak agar tidak mengulanginya.


Siapa kamu ???
Itu tatapan matanya terhadapku saat ini.
Kini bukan perih yang tersisa tapi malah bentuk Syukur tak terkira.
Allahku Yang Berhak Menghakimiku.
Keyakinanku akan semua ini membuatku tegar hanya karena Bersandar Pada Allah Semata, terserah padamu menganggapku apa.
Doaku bagi kebaikanmu selalu mengiringimu.
Bukankah Cuma Allah Yang Berhak pada hatimu ???
MengingatMu lebih indah dari meratap diri karena hinaan

Termasuk pandanganmu terhadapku adalah SuratanNya.

*Kampung kumuh, penuh sesak mendesak untuk mendaur ulang sampah yang ada*




Foto diambil dari http://newsimg.bbc.co.uk

Wednesday, December 15, 2010

Terbatas itu....

*Negara tropis, didera angin hebat, menumbangkan pohon-pohon yang meneduhkan tapi tidak ada badai yang menetap, dia akan berlalu meski sekeras apapun dia menyapa*

Mengenang bukan untuk dendam tapi untuk berpikir .
Malang, akhir 2006

Begitu keras badai lewat saat itu.
Dengan niat mencari tambahan uang belanja, aku rela berjualan dagangan temanku.
Dengan tanpa gabung di sebuah MLM aku rela hanya menjualkan wadah plastik cantik kedap udara.
Sekeras apapun badai menyapa,dia tidak menetap,kelak dia berlalu
Temanku ini berbaik hati meminjamkan barang dagangannya tanpa aku bayar terlebih dulu, barang-barang itu aku jual dulu, setelah ada pembayaran dari pembeli baru aku setor hasil penjualanku ke teman baikku ini.
Katalog-katalognya yang menarik itu juga banyak dipinjamkan padaku.

Kerabatku tahu aku berjualan wadah plastik kedap udara ini, maka mereka berdua meminjam katalogku untuk dilihat dan dipilih tentunya.
Dengan senang hati dan penuh harap aku meminjamkannya.
Mereka meminjam 2 hari.
Lalu ketika aku minta dan aku tanya mau pesan yang jenis apa, 
mereka berdua ini saling melirik lalu salah satunya menjawab...
"Nanti aja Mbak begitu ada uang".
Aku mengangguk dan sama sekali tidak ada pikiran apa-apa.
Seminggu kemudian mereka berdua ini berpapasan denganku dan mereka membawa beberapa wadah plastik kedap udara.
Sejenak memang aku tergelitik dengan rasa bagaimana gitu.
Jelas aku merasa sedikit tersinggung, pinjam katalog-ku tapi mereka tidak  membeli lewat aku.
Ya itulah jeleknya hatiku, aku memarahi diriku sendiri.
Kenapa mesti tersinggung.
Biarkan saja mereka tidak tahu etika yang penting kan aku tidak memaksa sampai mereka takut sama aku  ^_^
Pelajaran yang aku dapat dari keterbatasan yang aku alami saat itu adalah ikhlas.
Pelajaran ke dua tentang bisnis mestinya aku tanggap bagaimana cara memperlakukan konsumen.
Ya sudahlah yang penting aku dari keadaan terbatas saat itu aku belajar tentang etika.
Selanjutnya aku bersikap wajar dan pura-pura tidak tahu sekalipun dua kerabatku itu suka berkasak-kusuk.
Pelajaran mahal saat itu adalah aku belajar untuk menerima hinaan serta cemohan.

Aku sudah tidak mampu lagi untuk membeli parfum, dua kerabatku ini kasak-kusuk tentang bau kamarku sampai ada orang sepuh yang ikut terbawa memusuhi kami, memandang rendah kami.
Padahal bau kamarku itu wajar, bau pengap karena obat nyamuk bakar pun mereka tertawakan.Hanya karena kami tidak mampu lagi beli obat nyamuk semprot.
Setiap hari ada saja kasak-kusuk yang menyinggungku, aku cuma bisa meneguhkan hati, menguatkan diri.
Harus begini aku diperlakukan agar aku semakin menghargai orang lain.
Aku menerima semua itu dengan lapang dada agar kelak aku tidak menghina orang yang sedang kesusahan.

Monday, December 13, 2010

karena Aku Merasa

*awal yang perih tapi indah prosesnya*

Hanya karena disepak dari sekolah dasar yang aku anggap top aku jadi merasa bahwa kau memang tidak pantas dengan semua sekolah dasar karena aku merasa kau paling aman belajar di pangkuanku dan di kelas yang tak terbatas.

Aku tidak akan menilaimu, aku tidak akan melabelimu hanya karena nilai hasil kerja kerasmu
Aku akan menceritakan tentang dunia tanpa mengguruimu.
Aku merasa dan yakin kau lebih layak menerima semua pelajaran yang kau ingin tahu yang ingin kau pelajari sungguh-sungguh.

Tidak ada yang salah dengan kita yang tidak memilih gedung sekolah, toh kita tetap mengenyam dunia pendidikan bersama.
Aku tidak mau kau belajar hanya karena besok akan ujian.
Dan kau tahu bahwa kelasmu tak terbatas, dunia bermainmu pun ajang belajarmu.
Cinta & keyakinan Ibu adalah bekal utk anak (foto diambil dari /www.state.sd.us/boa/CapitolTour/goddesses)
Jangan khawatir tentang nilai sayangku... Karena kau sudah bernilai.

Orang-orang yang menganggap kita berbeda itu adalah hal yang wajar
Kita pahami mereka
Kalaupun mereka tidak memahami kita itu tidaklah penting
Yang penting engkau paham dengan proses pembelajaranmu ini...
Kepakkan sayap keingintahuanmu itu
Terbanglah bersama impianmu
Tidak ada yang tidak mungkin selama Allah Berkehendak...
Selamat Belajar...cintai proses belajarmu
karena aku merasa kau lebih dari sekedar berkilau kelak.
Amin

*Ditulis oleh seorang ibu yang bukan sarjana strata 1*

Tuesday, December 7, 2010

Semua Ilmu itu Penting tapi Kau Butuh Satu saja untuk Kau dalami

*Negara Tropis didera hujan, tempaan deras airnya menghapus kesombongan*

"1990-1994"
Dunia Gelap

Asli aku gak tau harus milih jurusan apa untuk naik ke kelas dua.
Belajar sih masih asyik aja pas kelas 1 SMA dan aku terbiasa dipandang sedang sekolah di sekolahan pinggiran.
Teman-teman SD-ku yang lain kebanyakan sekolah di SMA di tengah kota tepatnya di seberang bangunan tugu Kota Malang.
Aku sudah merasakan tentang pandangan sebelah mata ketika di umur 15 tahun ini dan membuatku sakit kepala rutin.
Aku membungkus diriku dengan kemarahan yang konyol...
dan aku tetap menjalani hobi membacaku.
Aku minum racun "matematika itu susah" setiap hari setiap saat...hehehe
dan ternyata racun itu manjur.
Aku keteteran di matematika tapi aku tidak mau menyerah, aku utak-atik, aku baca pelan-pelan buku pengantarnya dan aku dibantu guru les.
Ternyata Matematika itu bener-bener ilmu pasti...jawabnya pasti kalau aku paham rumus dan penerapannya.
Ok...sampai sini Matematika masih asyik.

Kelas 2 menjelang, aku dapat kelas 2 jurusan Fisika kelas ke satu.
Aku ada di 2A1.1
Semester pertama asyik, meredup ketika guru matematika mulai cepat cara mengajarnya lalu guru fisika yang menjelaskannya seolah bicara dengan dirinya sendiri, *aku tidak mengecilkan arti seorang guru,malah aku belajar dari mereka apa itu arti mengajar,SALUT buat Guru-guru yang telah mengajarku selama ini* .
Aku mulai teresap kedalam lumpur pasir...tenggelam pelan-pelan.
Aku berusaha dengan keras mengejar ketinggalanku.
Aku malah menemukan cara refreshing baru...Aku asyik di majalah dinding.
Aku asyik berkarya di majalah dinding, semua artikel aku tulis dengan gaya bahasaku yang sederhana, dua sahabatku  meramaikannya.
Baru aku menyadari...Aku suka menulis.
Rasanya aku ingin berlari kembali ke masa pemilihan jurusan
Mestinya aku pilih kelas bahasa.
Persetan dengan pandangan jahat masyarakat saat itu...
"Anak IPA itu anak-anak pintar, anak IPS itu anak-anak foya-foya dan anak Bahasa itu kelas buangan!!!"
Perih tapi ini pandangan yang nyata saat masa aku masih SMA  ...Masa Kegelapan.
Mestinya pemberdayaan itu ada di lembaga konseling...
Seharusnya ada kata-kata sejuk yang begini...
Terbangkan pemikiranmu Anakku, seperti Elang yang tidak pernah ragu akan  tujuannya

 "Nak, semua ilmu itu penting tapi kamu harus menyadari bahwa kau butuh menguasai satu ilmu dengan baik, sisanya kau membutuhkan ilmu lainnya dari orang lain yang menguasainya, karena kita Diciptakan untuk saling melengkapi" 
  
Sayangnya tidak ada kata-kata sejuk itu...membuatku malas memecahkan es beku di otakku.
Aku masih saja cuma debu yang dianggap bodoh dan bloon.
Aku tidak marah malah aku suka jadi pura-pura bodoh.
Dan aku diam-diam menyukai dunia memasak, dunia menghias, dunia padu padan kain.
Tapi tidak ada satupun orang yang menyadari kalau aku butuh waktu untuk diasah...
Menurutku semua orang sudah bahagia melabeli aku dengan Duhita Bodoh.
Aku tidak terhanyut, aku tetap mengasah diriku diam-diam.
Karena aku tahu aku sudah memberi kebahagiaan pada orang-orang yang menganggapkau bodoh dan tidak bisa apa-apa.



*Tahun 2000- sekarang dan seterusnya Duniaku Bersinar Terang, kalaupun hujan & angin datang Insya Allah, aku sudah berteduh di tempat yang tepat Amin*
Tangan mungil ini membutuhkan dukungan kita(foto dari:http://thehomeschoolcorner.blogspot.com/)
Waktu berlalu dengan cepat...giliranku aku Dipercaya jadi Orang Tua...
Alhamdulillah...
Maka kata-kata sejuk yang mestinya aku dapatkan akan aku berikan pada 2 putraku...Daffa & Adiknya
Aku tidak akan menceritakan keistimewaan salah satu ilmu...
Aku malah akan menceritakan istimewanya semua ilmu agar dia bebas memilih.
Aku tidak akan mengekslusifkan matematika, fisika, kimia dan sebagainya.
Aku akan menceritakan serta mengajarkan bahwa dia harus memahami keahlian yang Diberikan Allah pada anakku.
Karena orang yang menguasai Fisika tetap butuh bekerja sama dengan orang Bahasa, begitu juga sebaliknya dan semua orang-orang di dunia ini pada dasarnya Diciptakan untuk saling melengkapi.
Bukan untuk berlomba menjadi superior.

Aku mencerna setiap buku pelajaran yang dulu aku merasa tertinggal...ternyata bisa itu karena biasa.
Dan biasa belajar adalah pemusnah kesombongan.
Gak peduli aku dianggap bukan sarjana pendidikan koq bicara sok kependidikan , aku cuma orang tua yang menyadari bahwa semua ilmu itu saling berkaitan dan seorang anak itu sudah Dipilih Oleh Allah untuk menguasai kecerdasan mereka.
Dan semua anak itu cerdas.
Mereka butuh diasah dengan baik bukan dihakimi dengan kata-kata "bodoh".
Dan anak-anak itu pembelajar sejati, jangan mau dikotak-kotakan dengan nilai ujian.
Berjuanglah mengasah anak-anak dengan telaten.
Einstein Muda mulai menemukan keahliannya
Jangan mau mengkotak-kotakan anak-anak kita dengan nilai ujian, percayalah mereka punya keahlian yang harus kita sadari untuk diasah.Bayangkan kalau Ibu dari Einstein menyerah karena ketika kecil, Albert Einstein
dianggap sebagai seorang pemalu, bodoh, malas belajar, dan pelanggartata tertib. Ia lulus SMP tanpa mendapatkan ijazah dan ...dua kali gagal
mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.Tapi Orang tua Einstein mendukung anaknya dengan sepenuh cinta.Membiarkan anaknya bertumbuh dengan pemikirannya, dalam diri setiap anak ada mahaguru yang membimbing hati mereka, jangan matikan mahaguru itu dengan melabeli anak-anak hanya karena nilai dari sistem pendidikan kita.
Selamat Berjuang bagi Anda & Saya
*Foto Einstein diambil dari spaceandmotion.com*


*Ditulis oleh perempuan biasa, cuma seorang ibu rumah tangga yang bukan sarjana strata 1*

Monday, December 6, 2010

Duhita Gila dan Pengobatannya ^_^

*Negara tropis panasnya melumer dengan deraan hujan yang mulai jarang berhenti*

Pagi sebelum memulai beberapa pekerjaan rumah (maklum gak punya PRT), aku melihat beberapa berita di TV non sinetron hehehe sesekali aku diskusi kecil sama Papanya anak-anak tapi pagi itu berbeda.
Aku termangu dengan narasumber pagi itu, BJ Habibie mengulas latar belakang beliau menulis bukunya "Habibie dan Ainun". 
  
"Setiap halaman yang saya tulis di buku ini saya curahkan sepenuh hati & menguras air mata kesedihan saya ketika saya kehilangan Ibu,karena selama menikah 48 tahun 10 hari kami tidak pernah bertengkar sedikitpun,dan saya menulis untuk menerapi diri saya dari kesedihan saya",BJ Habibie ttg buku terbarunya "Habibie & Ainun"*

Begitu mendengar demikian lembutnya BJ Habibie menceritakan latar belakang yang membuat Beliau menulis Buku Habibie & Ainun, aku jadi ingat Dewi.
 "Ta, dengan menulis apa yang kau rasakan sama saja kau menerapi dirimu sendiri, seakan kau melepas bebanmu, teruslah menulis"

Kata-kata Dewi seakan terulang kembali.
Dan aku tahu memang dengan menulis aku bisa melepas beban, menulis bagiku obat penyakit kegilaanku, beribu-ribu kalimat mengepung pikiranku dan aku ingin menuangkannya agar aku lepas dari rasa gilaku yang dibelenggu ribuan kata-kata yang mendesak pikiranku.
Setelah menulis memang aku merasakan efek penyembuhan, sakit kepala yang sering menyerangku bisa mulai jarang menyapaku.
Ribuan kata yang menyerangku itu tak menentu, kadang dia berupa resep masakan, kadang berupa catatan kelas Daffa, dan kadang tulisan yang tak berujung tak berakhir seperti curahan hatiku di blog ini.

Menulis tanpa ambisi memang obat penenang yang ampuh bagiku.
Menulis tanpa menuangkan ribuan sumpah serapah malah membuatku menjernihkan diri, melepas energi negatif dari kemarahan.
Menulis itu terapi diri buat seorang Duhita yg "gila"
Bahkan kemarahanku jadi melumer begitu aku menulis dan ajaibnya aku bisa menerima diriku sendiri dengan tenang, aku menerima segala kelemahan diriku untuk diperbaiki. Aku merasa kuat untuk berusaha memperbaiki diri.

Menulis adalah terapi diri yang tepat buatku, buat seorang Duhita yang bukan siapa-siapa.