Friday, August 27, 2010

Merasakan perasaan Mr Fredrikcsen "UP" .

Kampung kumuh ditengah deraan panasnya kesadaran

Sudah 2 hari ini aku selalu menemani Menara nonton film UP produksi Pixar.
Menikmati dari awal cerita membuatku paham bagaimana perasaan Mr Fred dipaksa keluar dari rumah yang nyaman.
Serasa mengulang adegan dimana aku harus meninggalkan rumah nyaman tempat tinggal kami dulu.
Seandainya ada banyak stok balon warna-warni... aku pun ingin membawa terbang rumah tempat tinggal kami dulu.
Aku ingat betul kami harus tergesa meninggalkan semua karena ancaman yang kami terima tidak bisa dianggap remeh... gagalnya usaha mandiri yang kami miliki itu berdampak besar terhadap kehidupan kami.
Dan saat itu hatiku sudah mereset mind set bahwa kenyamanan harus ditinggalkan mungkin agak lama 3 sampai 4 tahun.
Malam sebelumnya aku begitu capek beres-beres barang yang sekiranya kami butuhkan dan sanggup kami bawa.Menara masih umur 10 hari,untungnya dia masih suka bobok.
Pada saat itu aku pikir aku sudah membawa barang-barang yang kami butuhkan...dan ketika kami meninggalkan kota kami tercinta dengan hati galau karena suasana sangat mencekam aku sadar barang kami banyak yang tertinggal.
Daffa menangisi sepedanya yang terpaksa harus ditinggalkan,dia juga menangisi skateboard kesayangannya...dia menangis tanpa suara.Air matanya menetes begitu saja...
"Maafkan kami ya Kak,hapalkan setiap jalan yang akan kita tinggalkan,kita baru bisa kembali 3 atau 4 tahun lagi dengan ijin Allah", bisikku sambil memeluknya, bayi mungil dipangkuanku menggeliat merasakan sesak karena aku memeluk kakaknya erat.
Suamiku diam menunduk, entah berdoa entah galau... saat itu aku tidak berminat bertanya apa yang sedang dalam pikirannya.
Dalam perjalanan, sesekali Daffa berceloteh,
mencium adiknya dan memelukku.
tercabut dari asal memang sakit, tapi aku yakini ada hikmahnya
Rekaman kejadian ini begitu jelas ketika aku menemani Menara nonton Film UP. Aku merasakan betapa tersiksanya Mr Fred karena harus berpisah dari rumahnya tapi dia bisa membawanya sedangkan kami... kami tidak.
Saat ini kami masih berjuang untuk bisa kembali pulang,berjuang untuk recovery semua hutang usaha kami...recovery nama baik jugakah???
Entahlah,toh kami cukup jadi bulan-bulanan bekas teman kongsi dan seorang yang merasa kami rugikan... aku tidak berminat menyangkal karena kelak akan tersibak siapa yang benar. 
Saat ini mereka menjajah kami dengan menginjak nama kami,seakan kami penyebab utama bangkrutnya usaha kami.
Aku tidak mau tahu dengan kehidupan bekas teman kongsi kami yang pastinya masih makmur,masih bisa menampakkan diri di kota asal kami yang nyaman itu dengan berdalih kamilah yang harus bertanggung jawab.Cuma hati kecilku ingin bertanya pada jiwa mereka...kami sedemikian sangat terbatas dan kami sedang berjuang mencari jalan terbaik untuk menyelesaikan ini semua,kenapa kau masih usik kami?.Lupakah kau saat salah satu pengacaramu menawarkan pilihan yang tidak adil bagi kami,suamiku yang bertanggung-jawab dan kau yang menghandle kehidupanku dengan anak-anak...lucu kau,emang kau Allah???.
Kehidupanmu masih sangat nyaman, anak & istrimu masih bisa merasakan apa itu sekedar jalan ke mall, masih bisa berfoto ceria di tempat-tempat liburan... aku tidak memaksamu untuk merasakan apa yang aku alami saat ini tapi aku hanya meminta jiwamu mengakui bahwa dulu kau pun pernah merasakan madu keberhasilan usaha yang dikelolah suamiku...
Dulu kau tidak ada sumbangsih pemikiran yang sesuai dengan gelar kesarjanaanmu itu, saranmu cuma sebaiknya kita berhutang disini atau disana,dan sekarang kau begitu menyerang dan menjatuhkan kami.
Lupakah kau dengan Nikmat yang pernah kau rasakan itu???
Lalu saat ini, bukannya kau mempermudah langkah kami kau malah menyerang dengan tebaran berita-berita bohong tentang kami.
Apakah kau puas dengan langkah-langkahmu yang picik itu???
Begitukah watak orang yang mengaku beriman, yang selalu merasa benar tapi menolak menerima Qadha' dan Qadar Allah???
Begitukah ciri orang yang tangguh menghadapi kegagalan dengan melimpahkan kegagalan ke orang lain lalu berdalih kau sudah banyak membayar ini dan itu,lupakah kau ketika kegagalan usaha minyak beberapa waktu yang lalu kami semua yang menanggung?
Kau picik...
Kau masih berlindung dibawah kegagalan kami,kau bertopeng.
Kau menyedihkan dan kau bagaikan tokoh Charles Muntz di UP. 
Kau lupa kalau Allah itu Maha Menghitung. 
Ya Allah...kami memang harus dikucilkan dengan segala keterbatasan kami berjuang untuk kembali,ada luka ada sembuh.
Menara sudah umur 2 tahun setengah dan belum pernah bertemu keluarga besar kami...aku yakini saja bahwa "Sesungguhnya Pertolongan Allah Begitu Dekat"  
karena saat ini kami hidup dengan sederhana dan tetap berjuang untuk melunasi hutang kami...
Kami bukan pelarian,kami cuma seperti Mr Fredrikcsen.

Ramadhan 17 1431H
*kelak kami pulang dengan Bantuan Allah untuk menyelesaikan masalah yang cuma sebut saja cuma dunia harta...* 

Thursday, August 26, 2010

Tiada merugi dalam doa

Kampung kumuh di negeri tropis,panas membara

Aku terjaga sejak kata-kata culas tertuju padaku...
menikam jantungku tapi aku tiada mati jua
Aku terjaga menatap layar yang penuh caci maki dan rasa jijik karena mengenalku.
Aku diam mengendalikan hati yang ingin berteriak membalas kata-kata culasnya tapi aku tak mampu untuk melakukannya.
Aku tak mampu untuk membalasnya dengan seribu caci maki untuknya.
Aku tak mampu untuk melakukan hal yang menyakitkan itu.
Mungkin hatiku ingin dan hatiku menyusun tinggi kebencian itu.
Rasanya bukan kelegaan tapi sakit tak terkira
Aku tak mampu meneruskan rasa sakit itu...
Aku berhenti menanam kebencian itu.
Aku berhenti ditengah-tengah jalan ketika aku sudah berjalan menuju pembalasan.
Aku menangis, tertunduk dalam lantunan bait-bait doa.
"Tidak ada kata-kata buruk dalam sebuah bait-bait doa"(foto dari http://hadianiarrahmi.files.wordpress.com)























"Ya Allah, Engkau Maha Tahu bahwa yang mereka tuduhkan padaku adalah semu, Engkau Maha Tahu bahwa tiada niatan jelek sedikitpun dengan semua yang terjadi ini.
Aku tak mampu menahan sakitnya hati ini dihina tapi aku Bersyukur Engkau tak pernah hinakan diriku.
Hanya karena harta dia demikian benci dan iri padaku, aku bersedih karena aku cuma manusia yang hina yang mengharap balasan cinta kasih karena ikatan aku dan pembenciku itu adalah ikatan sampai mati, aku mengasihinya meski dia selalu membenciku.
Maka aku meminta PadaMu untuk MengasihiNya, Membalas segala kebaikannya, MelindungiNya selalu"
Amiiin.

Aku tahu dan yakin bait-bait doaku Kau Dengar dan Malaikatpun membalas doaku dengan..."Begitu juga dengan kau".
Tiada merugi kita dalam berdoa,mendoakan orang yang membenci kita sekalipun.
Aku bersimpuh dalam doa hanya KepadaMu...Allah Ta'ala.

Ramadhan ke 17 di 1431H
*sekalipun kau tikam aku...kematianku datang hanya pada saat Allah Yang Meminta* 
 
 

Monday, August 9, 2010

"Papa,Aku Pulang"

Prameswari

Papa,16 jam lagi kita akan berjumpa kembali.
Aku akhirnya kembali ke pelukanmu Papa, sesuai dengan perkiraanmu.
Aku terlalu buta memperjuangkan hal yang rapuh,memperjuangkan cinta kokoh yang cuma fatamorgana.
Seperti dua malam yang lalu ketika aku menghubungimu Papa...
Lidahku begitu kelu untuk berkata bahwa aku selama ini tertelan sesuatu asing yang membuatku tidak waras.
Suaramu ketika menyapaku..."Pulanglah Prameswari anakku,pintu rumah Papa & Mama selalu terbuka untukmu dan untuk putri kecilmu"...
Seakan kau embun sejuk menyapa kegersangan hatiku 5 tahun ini.
Tiada amarah sedikitpun yang aku dengar darimu...amarahmu yang begitu hebat itu cuma ada 5 tahun yang lalu ketika aku memilih cintaku yang tidak kau setujui.
Bahkan ditengah amarahmu yang hebat itu, ketika aku antar ke bandara...kau membisikkan bahwa kalaupun hal paling buruk terjadi dan ini kau harapkan tidak terjadi meski kau sudah berfirasat demikian...kau masih mengecup lembut keningku,memeluk hangat tubuh gadismu ini lalu membisikkan sesuatu...
"Anakku,jika kau merasa pilihanmu salah dan sesuatu yang Papa harap semoga ini cuma kekuatiran Papa saja..itu terjadi,pulanglah dan Papa tidak akan bertanya kenapa,pulanglah jika kau rasa ada beban yang tak sanggup kau pikul, Papa akan membukakan pintu untukmu", Bisikmu ditengah isak tangismu melepasku pada pilihanku.
Benar kau tidak menyetujui pernikahanku dengan pria yang menurutmu tidak tepat untuk aku perjuangkan.
Papa, aku sempat bersujud di ujung kakimu untuk memohon restumu...kau tidak merestuiku tapi kau juga tidak menghalangiku dengan kerasnya karena kau tahu semakin aku dilarang maka aku semakin membuatnya terjadi.
Papa,lemah lembutmu itu menuntunku pulang...
Papa,pintu maafmu sudah kau buka sejak 5 tahun yang lalu...pintu maafmu untuk putrimu yang memilih memperjuangkan cinta sejatinya saat itu.
Cinta Matt demikian nama pria itu, yang terkuak sebenarnya...yang terbuka topengnya...dan aku tahu Papa,kau tidak ingin mendengar kisah tersiksanya diriku dan Angela...bidadari kecilku.
Setiap tahun menjelang Ramadhan aku selalu mengirim fotoku dan foto Angela untuk Papa dan Mama...berikut kalimat permohonan maafku untuk dua orang terkasih di tanah air.
Setiap Matt bertindak kasar padaku,aku cuma bisa menangis mengingat firasatmu itu Papa.
Bodohnya aku cuma terbuai keromantisan sesaat...
Tahun pertama pernikahan kami sudah koyak dengan pengkhianatannya...
begitu terus berulang,begitu pemaafnya aku ini Papa...tanpa Matt meminta maaf atas kesalahan yang dia buat aku sudah memaafkannya terlebih lagi kalau Matt menggendong Angela...naifnya aku ini Papa.
Di tahun kelima ini aku sudah tak mampu bertahan di pernikahan yang berdasarkan cinta semata...terlalu rapuh untuk tetap berdiri disini.
Demi Angela,aku pulang. 
Menuju dekapan Papa dan Mama yang penuh cinta.
Agar kelak Angela tumbuh dengan sehat dipenuhi cinta kasih serta kuat karena belajar apa arti maaf sesungguhnya dari kau, Papa.
Menjelang Ramdhan tahun ini aku pulang,untuk menjalaninya dengan hati bersih.
Aku tahu Papa sudah menanti kami, aku merasakan itu.
Angela begitu damai dalam tidurnya setelah hampir 2 jam dia selalu bertanya tentang Opa dan Oma yang akan dia temui nanti...
Sambutlah kami Papa...
Ini, kami pulang.


*Menjelang Ramadhan tahun ke 3 tanpa pernah pulang, kami lama tak pulang*
Negara Tropis,panas menyengat membakar rindu...melumerkan hati keras tunduk pada maaf dan kasih
10 August 2010 

Foto diambil dari
http://www.stockphotopro.com/photo-thumbs-2  

Matahari

dunia ceria

Anak-anak begitu indah dipandang bahkan kenakalan mereka begitu lucu.
Sayangnya ketika mereka nakal lucu kita harus tetap jaga image,karena kasih sayang kitalah kita harus demikian.Agar mereka tahu bahwa kesalahan itu proses pembelajaran.Belajar untuk tidak mengulanginya.
Anak-anak begitu murni dan jujur,dari mereka kita belajar untuk menjadi pemberani lagi.
Berani dalam kejujuran,berani untuk murni menjadi diri kita.
Anak-anak begitu hangat ketika kita dingin terperangkap kesendirian karena dunia.
Dari mereka kita bisa melebur ego yang sinis bahkan melindas kebersamaan...belajar dari anak-anak membuat kita sadar bahwa kita terlalu membangun tembok ego yang tinggi.
Anak-anak begitu mudah memaafkan...dari mereka kita belajar berhati besar.
Karena anak-anak adalah matahari...kesadaran adalah matahari.

*Negara Tropis,panas melelehkan amarah,membangkitkan rasa cinta  :)  *
belajar banyak dari Ananda Daffa & Ananda Menara...mereka hanya anak-anak
anak-anak yang luar biasa 
 
 

The Cranberries - When You're Gone

"Racun Cinta"

"dunia keakuan"

Aku benci melihatmu bahagia dengan duniamu
Aku selalu berteriak memanggilmu agar kau berhenti dari duniamu...karena kau milikku.
Aku selalu terganggu kau lepas di ruang jiwamu...karena kau harus disampingku selalu,karena kau milikku.
Aku selalu meneriakkan batasan-batasan yang tidak boleh kau langgar...karena kau milikku,kau harus dibatasan yang aku buat.
Bahkan kalau bisa aku renggut saja ruang jiwamu...karena kau milikku.
Aku bahagia kau selalu disampingku.
Aku bahagia kau tunduk dengan semua perintahku.
Aku bahagia kau takut padaku bahkan dengan bentakan serta sumpah serapahku...
Kau harus tau,kau milikku.
Kugenggam erat kau...sampai kau mati.
Tak akan kubiarkan kau bahagia dengan caramu karena kau milikku.
Persetan kau bahagia atau tidak disisiku...yang penting bagiku kau milikku...
aku mencintaimu atau aku mancintai milikku.
Selamat minum racun cinta ini kekasihku...selamat tidur di keabadian cintaku.
Matilah perlahan dalam racun cintaku.

*Negara tropis,panas menyengat bahkan ketika bulan berpendar penuh*
09 August 2010 
 
 

Sunday, August 8, 2010

"Kehadiranmu dalam Jiwaku"

perempuan tanpa nama

Petang ini aku hanya bisa memandangimu dari jauh,maafkan aku,aku tak mampu hadir nyata dihadapanmu.
Aku begitu tidak punya nyali untuk menemuimu.
Aku melihat kau duduk dengan begitu tenangnya disudut cafe yang kita sepakati menjadi tempat pertemuan kita.
Kau tidak banyak berubah hanya kau nampak lebih matang dan tenang.
Tahukah kamu...mengertikah kamu,sejak kita bertemu di dunia maya,aku jadi tertular ketenanganmu itu.
Aku juga jadi begitu menganggap semuanya itu harus dilalui dengan kesabaran.
Kau membuat banyak perubahan pada diriku.
Kau mengasah kepekaan yang aku miliki...karena kau jualah aku begitu berani belajar dengan apa yang punyai.
Kau begitu mengajarkan apa arti keabadian.
Bahwa semua tentang keabadian itu kita tidaklah berhak karena yang abadi itu cuma Gusti Allah semata.
Darimu aku belajar bahwa semua itu dijalani dengan legowo...dengan keikhlasan.
Bagiku kau cukup hadir di ruang jiwaku,bertumbuh disana adalah hal yang paling nyaman bagiku.
Untuk menemuimu aku tidak bernyali karena aku pun takut dengan keadaanku.
Cukup kau hadir di ruang jiwaku.
Memandangmu dari jauh sudah lebih dari cukup bagiku.
2 jam berlalu,aku pun melihat kau beranjak dari kursimu...kaupun berlalu.
Aku menjauh darimu tapi kau hadir di ruang jiwaku.


Negara Tropis,panas menyengat walaupun matahari bersembunyi dibalik awan.
09 August 2010

Aku Ingin Jatuh Cinta

gadis

Malam yang cerah dengan bertabur bintang...menghias cakrawala,aku ingin jatuh cinta.
Pagi yang sejuk,dimana embun masih begitu murni menghias daun perdu,aku ingin jatuh cinta.
Siang yang panas membiarkan fotosintesis terjadi,aku ingin jatuh cinta.
Sore dengan angin yang sepoi-sepoi,menggoyangkan pucuk-pucuk cemara,aku ingin jatuh cinta.
Petang yang disambut dengan suara jangkerik...aku ingin jatuh cinta.
Hingga malam menyapaku kembali dengan bulan begitu berpendar indah,aku ingin jatuh cinta.
Bahkan aku ingin dalam mimpiku nanti...aku sedang jatuh cinta.
Hatiku sudah siap terbuka untuk jatuh cinta tapi aku memagarinya dengan doa,doa agar aku kuat ketika terluka akan cinta,doa agar aku jatuh cinta dengan tulus tanpa mengorbankan itu cinta lalu menukar dengan nafsu.
Aku ingin jatuh cinta dengan indah.
Aku ingin jatuh cinta dengan begitu anggunnya tanpa membuatku demikian hina.
Aku pun bersiap kalaupun cinta tak terbalas karena aku jatuh cinta dengan ikhlas...karena aku jatuh cinta dengan segenap jiwaku tanpa aku menggadaikan diriku.
Aku ingin jatuh cinta.

Negara Tropis,panas menyengat,membakar jiwa rapuh untuk bangkit
*Aku persembahkan untuk Rani Indraswari,sepupuku ... Ninno*
09 August 2010

Gading Cinta

Lelaki setia

Dyah putri kekasih hatiku,
aku tak mampu berkata banyak untuk mengingat perpisahan kita karena bagiku engkau terlalu indah untuk kubenci.
Sampai saat ini aku masih sendiri seakan tetap terikat pertalian cinta denganmu,betapa konyolnya aku.
Dulu memang layak kalau aku selalu setia padamu tapi kalau sekarang aku masih setia padamu...kurasa aku  sakit,demam akan dirimu.
Kadang aku menyumpahi diriku yang tetap setia padamu...Dyah Putri kekasihku,ya dulu kau kekasihku.
Aku begitu terpukul ketika kau tinggalkan dengan alasan aku kelak tak cukup mampu mencukupimu...
Dyah Putri,aku memang terpukul tapi aku tetap tak mampu meleburmu,tak mampu aku mengusirmu dari relung kalbuku.
Aku selalu berdoa untuk kebahagianmu,Dyah Putri...Selalu.
Kadang memang dalam hatiku aku bertanya apakah kau begitu mengingatku,mengingat kisah kita.
Tahukah kau Dyah Putri...aku sudah mencoba menutup pintu hatiku untukmu tapi tahukah kau,kau begitu anggun tersenyum tulus untuk aku lupakan...dan senyummu itu begitu kuat menatapku,membuatku terpaku di pintu hati dan membiarkannya tetap terbuka.
Kau begitu indah untuk dilupakan,begitu penuh cinta untuk dibalas kebencian.
Kau begitu kuat dalam bisikan doaku.
Dalam bait doaku selalu terselip namamu,agar kau tetap bahagia...perih ketika aku panjatkan doa ini,karena aku harus rela kau bahagia didekapan pria lain.
Aku setia pada hati yang bukan milikku...
Aku ingin bisa lepas darimu Dyah Putri,tapi bayangmu begitu kuat merengkuhku.
Kelak aku pastikan aku lepas darimu...kelak.
Kau begitu aku jaga,bak hiasan gading...gading cinta.
Kau mengerti Dyah Putri,gading itu meski retak tetap indah dan anggun.
Bahkan keputusanmu meninggalkan aku,aku hormati.
Aku maknai bahwa kau terlalu tinggi bahkan terlalu agung bagiku.
Maka itu kau layak jadi gading cintaku.
Aku telah memenjara hatiku sendiri,bukan salahmu Dyah Putri kekasihku...dulu kau kekasihku,saat ini kau istri pria lain.
Yang membuatku tetap elegan,aku tak pernah menghubungimu untuk sekedar melebur rinduku...
Yang tetap membuatku merasa indah adalah aku tidak pernah mengayomimu saat ini...
Yang membuatku bahagia...aku tidak pernah menggodamu.
Dyah Putri...yang dulu kekasihku,selamat malam

*kupersembahkan untuk salah satu sahabatku,yang selalu setia & bersiap membuka hati*
Negara Tropis,08 August 2010.
Minggu yg cukup panas cuacanya

Penyihir Tua

Negeri Hitam

Kupandangi tongkat sihirku...sudah terlalu lapuk dia meski tidak pudar daya sihirnya
Sudah cukup lama dia setia dengan mantra-mantraku,bekerja keras mewujudkan sihirku.
Lalu kulihat bajuku,warna hitamnya sudah pudar cukup pudar untuk mengalihakan pandangan anak-anak yang takut kepada Si Nenek Sihir Tua ini,pastinya mereka jadi tidak takut lagi padaku.Atau malah mereka menertawakan aku Si Nenek Tua yang konyol dengan topi hitam dan sapu terbangnya.
Tawa anak-anak terlalu kuat daya sihirnya terhadapku,aku tidak mampu melawan senyum indah mereka.
Tangis mereka menyayat hatiku terlalu melebur jahatku,membuatku penuh kasih,membuat daya sihirku lemah.
Senyum anak-anak terlalu indah bagiku,melebur kebencian sihirku.
Sapaan anak-anak padaku...terlalu mesra,meruntuhkan daya sihirku yang kejam.
Aku menyerah karena terlalu tua atau terlalu lemah pada anak-anak...
Entahlah.

Negara Tropis...panas menyengat tak terkira tapi tak cukup kuat melumerkan keceriaan anak-anak,08 Agustus 2010

Saturday, August 7, 2010

Dia Tidak Mencintaiku

Wanita Tanpa Nama
Kata Ibuku,aku dilahirkan untuk mengabdi
Kata Ibuku aku harus handal mengurus sosok pria dan beberapa buah hati
Kata Ibuku aku harus sempurna agar sosok pria yang menikahiku itu tidak berpindah ke lain hati
Kata Ibuku aku harus tunduk dengan semua perintah sosok pria yang menikahiku itu
Kata Ibuku aku harus mengikat pandanganku,dan harus mengerti arti kecemburuan sosok pria yang menikahiku
Kata Ibuku kecemburuan suamiku begitu sebutan untuk sosok pria yang menikahiku itu adalah tanda cinta................
Sampai disini aku berpikir ...dia tidak mencintaiku,dia menganggapku hanya asetnya
jadi dia tidak mencintaiku tapi dia mencintai dirinya sendiri.
Kalau dia mencintaiku,dia memperlakukan aku dengan lembut
Kalau dia mencintaiku,dia tahu bahwa aku tanpa diperintah aku akan melakukan kewajibanku,aku bukan budaknya,aku belahan jiwanya begitu kan seharusnya.
Kalau dia mencintaiku,dia mempercayaiku.
Kalau dia mencintaiku,dia membiarkan aku terbang bersama ruang jiwaku
Kalau dia mencintaiku,dia membiarkan aku bertumbuh menjadi pribadi yang hangat.
Dia Tidak Mencintaiku,Dia Mencintai Dirinya Sendiri

*terinspirasi pada seseorang wanita yang begitu takut pada suaminya*

Friday, August 6, 2010

"Pertemuan Kita" Versi Yudhistira (2)

Yudhistira

Tidak ada yang salah kalau aku memilih untuk masih sendiri.
Bukan karena patah hati atau mematahkan hati wanita yang membuatku sendiri.
Tapi karena aku tidak percaya dengan hubungan yang dibangun hanya berdasarkan cinta saja.
Alasan mencintai seseorang lalu mengikatnya erat bagiku adalah kekonyolan, lelucon yang penuh sarkasme.

Menikah itu tidak sesederhana rumusan jatuh cinta lalu menikah, menikah juga tidak serumit pikiran bahwa cinta harus dimiliki.
Menikah itu harus lah dibangun berdasarkan rasa saling menghormati satu dengan yang lain, menghormati bukan dengan unsur takut, tapi menghormati perasaan masing-masing pasangan.
Aku bukanlah orang yang pemilih dalam berpasangan tapi aku hanya merasa bahwa kalaupun aku sudah menjalani suatu hubungan maka pantang bagiku untuk mengkhianati.
Beberapa temanku menertawakanku, menertawakan prinsip dasarku. Tidak menjadi masalah bagiku bagaimana pendapat mereka tentang aku.
Bagiku aku harus tetap menanti tanda Dari Gusti Allah, siapa garwaku (sigaran nyawa=belahan jiwa) kelak.

Beberapa hari yang lalu aku berjumpa kembali dengan Larasati, salah satu temanku ketika sekolah dulu.
Seingatku dia anak yang cukup lucu sisanya aku hanya mengingatnya sebagai sosok yang lemah dan patut aku bela.
Ingatanku tentang dia cuma sebatas itu saja tapi ada rasa sekedar ingin menyapanya tidak lebih dari itu.
Tapi entahlah apa karena aku sudah mati rasa atau bagaimana.
Pertemuanku dengan Larasati petang itu cukup lucu untuk dikenang,dia datang ke Green Coffe Shop dengan begitu anggun, dia mengenakan rok terusan batik hijau muda.
Aku sedikit terpukau dengan tampilan sederhananya yang malah membuatnya nampak elegan.
Jauh di lubuk hatiku aku merasa menghormati ini perempuan.
Dia tidak berubah banyak, cuma gaya culunnya sudah hilang berganti kesan matang.
Sesekali kami saling meledek, tidak aku pungkiri aku pun menikmati petang itu bersama Larasati.

Kebersamaan yang sangat sopan, dan aku pun tidak sembarangan melontarkan kata-kata lucu hanya sekedar membuatnya terkesan padaku.
Aku cukup mengerti bahwa waktu ini telah mementukan bahwa Larasati cukup menjadi teman wanita yang aku hormati.
Entah ini tanda DariNya atau aku malah bias,entahlah.
Biar waktu yang menentukan aliran kami nantinya, apakah Larasati untuk Yudhistira atau malah kami hanya sahabat sejati.
Aku tak mau mengingkarinya.
Aku ingin semua berjalan apa adanya, entahlah apa yang ada dalam ruang pikiran Larasati tentangku, entahlah.Bukan aku tak mau tahu tapi biarlah rasa keingintahuanku terjawab dengan waktu.

*betapa sulitnya aku menggambarkan pikiran maskulin*
Negara tropis, 07 Augustus 2010

Thursday, August 5, 2010

"Pertemuan Kita" Versi Larasati (1)

Larasati


Hari ini aku tidak berusaha mempercantik diri menjelang bertemu denganmu.
Hari ini aku berusaha menenangkan debaran hatiku yang memacu segala daya di jantungku.
Tahukah kau, aku jadi begitu keras pada hatiku yang mulai tidak bisa kukendalikan.
Sudah pasti aku pun ingin menemuimu, sekedar menyapamu,sekedar melebur rindu lamaku yang sudah mengkristal tapi membiarkan kamu tumbuh di ruang jiwaku.
Aku membereskan lembar kerja murid-muridku, biasanya aku langsung memeriksa pekerjaan mereka tapi kali ini aku hanya mampu menumpuk rapi kertas-kertas itu lalu memasukkan dalam map-ku karena aku tidak mampu berpikir jernih,karena aku terlalu memikirkan pertemuan kita nantinya.
Entah hatiku yang sedang begitu cerah karena sapaanmu beberapa hari ini atau memang cuaca begitu cerah.
Entahlah, aku begitu tidak bisa membedakannya.


Bagiku saat ini saat yang tepat untuk berjumpa denganmu kembali.
Aku hanya ingin menyapamu, hanya itu.
Aku hanya ingin menatapmu dalam wujud nyata bukan hanya seperti yang aku lakukan seperti biasanya menyapamu hanya dalam hatiku.
Hanya itu yang ingin aku lakukan,selanjutnya aku telah membunuh keinginanku bahwa aku harus ada disampingmu.
Karena aku tahu kita bukan Diciptakan untuk menjadi pasangan,kau sudah tahu itu dan aku sadari itu.


Aku bergegas mandi sekedar untuk mencari kesegaran ditengah gundah gulananya hatiku menanti pertemuan kita.
Setelah itu aku bergegas merapikan diri,lalu entah bagaimana aku sudah sampai di  Green Coffee shop.
Aku masih di area parkir, masih didalam mobil,masih berdiam diri sejenak untuk menenangkan debaran jantungku.
Bukan debaran lagi yang aku rasakan, aku rasakan dentaman yang kuat,bahkan aku melihat tanganku bergetar.
Konyolnya aku ini atau malah bodoh, pikiran rasionalku sudah tertindas dengan gugupnya rasaku.


Hanya karena akan berjumpa dengan seorang Yudhistira membuatku tidak realistis, membuatku membumbung tinggi...melayang.
Beberapa tahun ini aku hanya bisa menemuimu dalam ruang jiwaku karena kau kubiarkan ada disana, kubiarkan tumbuh dengan indahnya.
Perempuan gilakah aku ini...entahlah.
Aku tidak punya keberanian untuk mencarimu karena aku pikir kelak kau akan muncul dengan sendirinya.
Setelah tenang, aku keluar dari mobil,berjalan pelan ke arah Green Coffee Shop, menghampirimu yang sudah menungguku didalam sana.
Aku tahu kau pasti sudah duduk 10-15 menit menantiku walau kau tidak berusaha menghubungi Hp-ku.
Aku tahu itu sudah watakmu, kau begitu tenang dan yakin aku akan datang.Sejenak kemudian aku tahu kau duduk di pojok,mengenakan hem biru turkis dan celana kain hitam.
Lalu kau menghampiriku.
"Laras...hai, kamu tidak berubah sama sekali," sambutmu dengan senyummu yang khas itu...dan dengan gaya bicaramu yang aku hapal betul.
Aku tersenyum seakan kelu lidahku,menatapmu membalas sambutanmu.
"Kau pun tidak berubah kecuali kau tambah besar sekarang..", timpalku kaku.
Kau tertawa terbahak lalu mempersilahkan aku untuk duduk.
Tahukah kamu bahkan gaya tertawamu pun tersimpan rapi dihatiku.
Sejenak kemudian kita bercengkrama tentang masa sekolah kita lalu tertawa berdua.


"Begini Laras,anak kakakku butuh guru yang bisa didatangkan ke rumah,dan koq pas kita ketemu ya jadi aku rekomendasikan namamu untuk jadi guru keponakanku....", kalimat seriusmu membelah nostalgia kita.
Aku tersenyum, mengangguk dan tetap bersyukur bisa berjumpa denganmu walau alasanmu untuk menemuiku hanya sekedar mencari guru untuk keponakanmu.


Aku memandang wajahmu yang selama ini tersimpan rapi dihatiku.
Benar kita bukan untuk menjadi pasangan, kita hanya sebatas kawan, kawan dalam jiwa.
Entah bagaimana kita mengakhiri perjumpaan kita petang itu,aku sudah sampai dirumah dengan pikiran rasional bahwa Larasati dan Yudhistira cuma sekedar sahabat hati.

*kupersembahkan buat teman jiwaku,khayalku*
Negara tropis, 06 August 2010