Monday, August 9, 2010

"Papa,Aku Pulang"

Prameswari

Papa,16 jam lagi kita akan berjumpa kembali.
Aku akhirnya kembali ke pelukanmu Papa, sesuai dengan perkiraanmu.
Aku terlalu buta memperjuangkan hal yang rapuh,memperjuangkan cinta kokoh yang cuma fatamorgana.
Seperti dua malam yang lalu ketika aku menghubungimu Papa...
Lidahku begitu kelu untuk berkata bahwa aku selama ini tertelan sesuatu asing yang membuatku tidak waras.
Suaramu ketika menyapaku..."Pulanglah Prameswari anakku,pintu rumah Papa & Mama selalu terbuka untukmu dan untuk putri kecilmu"...
Seakan kau embun sejuk menyapa kegersangan hatiku 5 tahun ini.
Tiada amarah sedikitpun yang aku dengar darimu...amarahmu yang begitu hebat itu cuma ada 5 tahun yang lalu ketika aku memilih cintaku yang tidak kau setujui.
Bahkan ditengah amarahmu yang hebat itu, ketika aku antar ke bandara...kau membisikkan bahwa kalaupun hal paling buruk terjadi dan ini kau harapkan tidak terjadi meski kau sudah berfirasat demikian...kau masih mengecup lembut keningku,memeluk hangat tubuh gadismu ini lalu membisikkan sesuatu...
"Anakku,jika kau merasa pilihanmu salah dan sesuatu yang Papa harap semoga ini cuma kekuatiran Papa saja..itu terjadi,pulanglah dan Papa tidak akan bertanya kenapa,pulanglah jika kau rasa ada beban yang tak sanggup kau pikul, Papa akan membukakan pintu untukmu", Bisikmu ditengah isak tangismu melepasku pada pilihanku.
Benar kau tidak menyetujui pernikahanku dengan pria yang menurutmu tidak tepat untuk aku perjuangkan.
Papa, aku sempat bersujud di ujung kakimu untuk memohon restumu...kau tidak merestuiku tapi kau juga tidak menghalangiku dengan kerasnya karena kau tahu semakin aku dilarang maka aku semakin membuatnya terjadi.
Papa,lemah lembutmu itu menuntunku pulang...
Papa,pintu maafmu sudah kau buka sejak 5 tahun yang lalu...pintu maafmu untuk putrimu yang memilih memperjuangkan cinta sejatinya saat itu.
Cinta Matt demikian nama pria itu, yang terkuak sebenarnya...yang terbuka topengnya...dan aku tahu Papa,kau tidak ingin mendengar kisah tersiksanya diriku dan Angela...bidadari kecilku.
Setiap tahun menjelang Ramadhan aku selalu mengirim fotoku dan foto Angela untuk Papa dan Mama...berikut kalimat permohonan maafku untuk dua orang terkasih di tanah air.
Setiap Matt bertindak kasar padaku,aku cuma bisa menangis mengingat firasatmu itu Papa.
Bodohnya aku cuma terbuai keromantisan sesaat...
Tahun pertama pernikahan kami sudah koyak dengan pengkhianatannya...
begitu terus berulang,begitu pemaafnya aku ini Papa...tanpa Matt meminta maaf atas kesalahan yang dia buat aku sudah memaafkannya terlebih lagi kalau Matt menggendong Angela...naifnya aku ini Papa.
Di tahun kelima ini aku sudah tak mampu bertahan di pernikahan yang berdasarkan cinta semata...terlalu rapuh untuk tetap berdiri disini.
Demi Angela,aku pulang. 
Menuju dekapan Papa dan Mama yang penuh cinta.
Agar kelak Angela tumbuh dengan sehat dipenuhi cinta kasih serta kuat karena belajar apa arti maaf sesungguhnya dari kau, Papa.
Menjelang Ramdhan tahun ini aku pulang,untuk menjalaninya dengan hati bersih.
Aku tahu Papa sudah menanti kami, aku merasakan itu.
Angela begitu damai dalam tidurnya setelah hampir 2 jam dia selalu bertanya tentang Opa dan Oma yang akan dia temui nanti...
Sambutlah kami Papa...
Ini, kami pulang.


*Menjelang Ramadhan tahun ke 3 tanpa pernah pulang, kami lama tak pulang*
Negara Tropis,panas menyengat membakar rindu...melumerkan hati keras tunduk pada maaf dan kasih
10 August 2010 

Foto diambil dari
http://www.stockphotopro.com/photo-thumbs-2  

No comments:

Post a Comment