Thursday, August 5, 2010

"Pertemuan Kita" Versi Larasati (1)

Larasati


Hari ini aku tidak berusaha mempercantik diri menjelang bertemu denganmu.
Hari ini aku berusaha menenangkan debaran hatiku yang memacu segala daya di jantungku.
Tahukah kau, aku jadi begitu keras pada hatiku yang mulai tidak bisa kukendalikan.
Sudah pasti aku pun ingin menemuimu, sekedar menyapamu,sekedar melebur rindu lamaku yang sudah mengkristal tapi membiarkan kamu tumbuh di ruang jiwaku.
Aku membereskan lembar kerja murid-muridku, biasanya aku langsung memeriksa pekerjaan mereka tapi kali ini aku hanya mampu menumpuk rapi kertas-kertas itu lalu memasukkan dalam map-ku karena aku tidak mampu berpikir jernih,karena aku terlalu memikirkan pertemuan kita nantinya.
Entah hatiku yang sedang begitu cerah karena sapaanmu beberapa hari ini atau memang cuaca begitu cerah.
Entahlah, aku begitu tidak bisa membedakannya.


Bagiku saat ini saat yang tepat untuk berjumpa denganmu kembali.
Aku hanya ingin menyapamu, hanya itu.
Aku hanya ingin menatapmu dalam wujud nyata bukan hanya seperti yang aku lakukan seperti biasanya menyapamu hanya dalam hatiku.
Hanya itu yang ingin aku lakukan,selanjutnya aku telah membunuh keinginanku bahwa aku harus ada disampingmu.
Karena aku tahu kita bukan Diciptakan untuk menjadi pasangan,kau sudah tahu itu dan aku sadari itu.


Aku bergegas mandi sekedar untuk mencari kesegaran ditengah gundah gulananya hatiku menanti pertemuan kita.
Setelah itu aku bergegas merapikan diri,lalu entah bagaimana aku sudah sampai di  Green Coffee shop.
Aku masih di area parkir, masih didalam mobil,masih berdiam diri sejenak untuk menenangkan debaran jantungku.
Bukan debaran lagi yang aku rasakan, aku rasakan dentaman yang kuat,bahkan aku melihat tanganku bergetar.
Konyolnya aku ini atau malah bodoh, pikiran rasionalku sudah tertindas dengan gugupnya rasaku.


Hanya karena akan berjumpa dengan seorang Yudhistira membuatku tidak realistis, membuatku membumbung tinggi...melayang.
Beberapa tahun ini aku hanya bisa menemuimu dalam ruang jiwaku karena kau kubiarkan ada disana, kubiarkan tumbuh dengan indahnya.
Perempuan gilakah aku ini...entahlah.
Aku tidak punya keberanian untuk mencarimu karena aku pikir kelak kau akan muncul dengan sendirinya.
Setelah tenang, aku keluar dari mobil,berjalan pelan ke arah Green Coffee Shop, menghampirimu yang sudah menungguku didalam sana.
Aku tahu kau pasti sudah duduk 10-15 menit menantiku walau kau tidak berusaha menghubungi Hp-ku.
Aku tahu itu sudah watakmu, kau begitu tenang dan yakin aku akan datang.Sejenak kemudian aku tahu kau duduk di pojok,mengenakan hem biru turkis dan celana kain hitam.
Lalu kau menghampiriku.
"Laras...hai, kamu tidak berubah sama sekali," sambutmu dengan senyummu yang khas itu...dan dengan gaya bicaramu yang aku hapal betul.
Aku tersenyum seakan kelu lidahku,menatapmu membalas sambutanmu.
"Kau pun tidak berubah kecuali kau tambah besar sekarang..", timpalku kaku.
Kau tertawa terbahak lalu mempersilahkan aku untuk duduk.
Tahukah kamu bahkan gaya tertawamu pun tersimpan rapi dihatiku.
Sejenak kemudian kita bercengkrama tentang masa sekolah kita lalu tertawa berdua.


"Begini Laras,anak kakakku butuh guru yang bisa didatangkan ke rumah,dan koq pas kita ketemu ya jadi aku rekomendasikan namamu untuk jadi guru keponakanku....", kalimat seriusmu membelah nostalgia kita.
Aku tersenyum, mengangguk dan tetap bersyukur bisa berjumpa denganmu walau alasanmu untuk menemuiku hanya sekedar mencari guru untuk keponakanmu.


Aku memandang wajahmu yang selama ini tersimpan rapi dihatiku.
Benar kita bukan untuk menjadi pasangan, kita hanya sebatas kawan, kawan dalam jiwa.
Entah bagaimana kita mengakhiri perjumpaan kita petang itu,aku sudah sampai dirumah dengan pikiran rasional bahwa Larasati dan Yudhistira cuma sekedar sahabat hati.

*kupersembahkan buat teman jiwaku,khayalku*
Negara tropis, 06 August 2010 

 

1 comment:

  1. Teman jiwa...... indah sekali istilah ini.....

    Sekarang aku sudah mengerti karena aku pun telah bertemu teman jiwaku

    ReplyDelete