Thursday, May 20, 2010

Tamu Agung kami yang ke dua (Bagian 1)

Dari catatanku akhir 2007 sampai awal 2008




Desember tanggal 29 2007


Malam ini aku periksa ke Dr Samodra SpOG,konsultasi terakhir menjelang kelahiran adik dari Daffa.Setelah ditunggu selama 2 minggu tidak ada kontraksi...setelah antri lumayan lama,akhirnya giliranku tiba.Dengan berat badan 76 kg dan lingkar perut 102 cm,aku di USG sebentar.Pemandangan indah dari adik sudah mulai nampak,suamiku tersenyum manis sekali,seakan tidak ada gurat gelisah di wajahnya.Aku menatap senyumnya yang jarang aku nikmati akhir-akhir ini.


Daffa memandang bakal adiknya lalu dia membisikkan sesuatu..."Mama kenapa dia jelek sekali?",tanyanya dengan nada khawatir.


Dr Samodra yang mendengar tanya lirih Daffa itu langsung tertawa..."Adik ganteng juga koq seperti Mas-nya,lihat itu hidungnya mancung sekali",jawab Dr Sam sambil mengarahkan pointer USG ke wajah adik.


"Ok,ini ditunggu-tunggu gak lahir juga,kita naik meja operasi tgl 05 Januari ya...tahun depan(godanya mengingat hari itu masuk bulan desember akhir tahun)",kata Dr Samodra memutuskan yang terbaik untuk kami saat itu.


Kami mengangguk,kulirik wajah suamiku,dia nampak tenang.


Sepulang dari rumah sakit,Daffa langsung tertidur pulas,wajahnya yang bulat-bulat lucu kupandangi.Mataku terasa hangat,air mataku menetes perlahan,tenggorokanku terasa berat tercekat...kucium kedua matanya yang terkatup.


"Maafkan mama ya sayang,adikmu datang pas kita sangat prihatin",kataku lirih.


Hujan mengguyur sepi malam itu...seperti air mataku membasuh kesedihanku.


Suamiku duduk di ruang tengah yang lengang,tv menyala tapi tatapan matanya kosong.


Kuhampiri perlahan...


"Tamu kita kali ini datang dengan segala keterbatasan kita,piye iki?",katanya dengan suara berat...


Aku duduk disebelahnya tidak bisa menjawab apapun dan tidak balik bertanya.lalu aku beranjak berdiri,mencium hangat keningnya,membelai pipinya...


"Mari kita berdo'a bersama malam ini...",kataku pelan menahan seluruh gemuruh hatiku yang tak menentu tapi kepalaku menahannya untuk tidak tumpah ruah berantakan.


Suamiku mengangguk...


Malam ini kami tunduk pada Yang Serba Maha...Meminta segala pinta pada Yang Selalu Memberi...Allah Ta'alla.




Malang,01 January 2008


Hari ini kami dijemput mama papaku untuk acara dokumentasi Keluarga Besar Cipunegara/Anak-cucu-buyut Raden Imam Soepasti Umar Hasan.


Aku sengaja memakai gamis pink untuk mengalihkan kesedihanku,untuk memunculkan keceriaanku,suamiku pakai hem merah bata dan Daffa pakai baju koko ala Pasha Ungu,ganteng sekali dia.Senang bertemu banyak kerabat meskipun agak pekewuh kalau mau menjawab.."sekarang sedang sibuk proyek apa?"...
Jelas bagi beliau-beliau yg bertanya tidak ada maksud apapun tapi bagi kami yang sedang "kering" serasa malu hati.
Daffa sibuk bermain dengan Jabbar & Kautsar,aku cuma duduk sambil sesekali mengobrol dengan Om Priek.
Suara riuh dan gelak tawa serasa penawar sedihnya hati.
Entah kenapa aku memandang semua sepupu-sepupuku,sesekali meledek mereka bahkan aku menyapa semua tante dan om-ku dan yang lebih aneh aku minta dijenguk pas melahirkan tgl 05 January hari Sabtu berikutnya...
Ibuk San(Eyang Putri Markasan) sehat dan segar seperti biasa suka tertawa lepas dan bertanya "opo" yg artinya minta diulang kata2 kita ketika mencoba berkomunikasi dengan beliau.
Aku memandangnya terus sambil sesekali menggoda beliau,beliau menjawab dengan sok galak tapi tersenyum.
Entah kenapa hari itu aku merasa bahwa pertemuan keluarga kali ini harus aku nikmati.
Seusai pengambilan foto oleh salah satu Om-ku yang juga tuan rumah kali ini,kami pamit.
Aku mencari-cari Tanteku yang bungsu,setelah mencium pipinya,aku bergegas menuju mobil papa.Semua mengantar kami sampai ujung gang dan salah satu Om-ku berteriak  menggodaku..."Hita,sebentar lagi drum di perutmu itu turun,tunggu aku di Rumah Bersalin ya,tak tunggoni kowe mengko (aku temani kamu,nanti)".katanya.
Aku balas dengan ceria..."Bener yo Om,lak iso dadi cheerleaders-ku lho",jawabku.
Beliau tersenyum,aku juga balas tersenyum tapi yang di perut-ku ternyata halus hati...dia membuatku merasakan hangat di mataku...aku akan menangis.
Sesampai di rumah,aku bergegas memandikan Daffa,rupanya tadi dia bermain bola di ujung gang.
Badannya kotor dan seperti biasa dia selalu ceria,setiap kata dan tanyanya serasa selalu menghiburku.
Matanya yang bulat bening itu kalau berbicara selalu menatap mataku,sejuk rasanya.
"Mama,nanti kalau mama di rumah sakit,boleh aku ikut?",tanyanya polos seakan tahu bahwa kehadirannya akan terbagi dengan adiknya.
"Ya,Mas Daffa kan ikut ngantar Mama",jawabku berusaha menenangkan gundahnya.
"Mama tahu maksudku kan?maksudku,aku boleh bobok sama mama di rumah sakit?",tanyanya memperjelas maksudnya.Sebenarnya aku tahu maksudnya tapi aku tidak mau membuatnya gundah ketika dia nanti tahu bahwa jawabannya tidak mungkin dia tidur bersamaku di rumah bersalin.
Aku tersenyum..."Nanti yang nemani papa,siapa nak?",kataku.
"Papa kan sudah besar jadi pasti berani ditinggal sendiri",balasnya polos.
Mata bulatnya itu...membuatku selalu jatuh hati.
Tak lama kemudian dia terlelap di buaianku...melihat wajahnya yang lucu itu,mataku menghangat...tenggorokanku terasa berat,menetes air mataku tercekam rasa takut bagaimana nasib kami....tapi bayi di dalam perutku menyentuh halus seakan mengingatkanku bahwa semua ini terjadi sudah Garisan Allah dan aku beserta suami dan anakku hanya menjalani sambil berusaha ... terbalut dalam doa.
Sore itu serasa indah dikenang meski pedih membayangkan deraan teror yang selalu kami terima...intrik-intrik bisnis yang sudah hancur berkeping-keping itu mulai yang menindas.
Sekali lagi aku tidak bisa menyalahkan keadaan bahkan seseorang yang terlibat dalam permasalah yang begitu mendera kami saat itu.Kalaupun hal itu aku lakukan bukan ketenangan yang aku dapatkan tapi cuma nelangsa yang terbungkus sosok teraniaya,begitu bodoh yang nampak.
Artinya...kalau aku menyalahkan orang lain dan berbicara banyak bahwa aku menderita yang akan aku dapat adalah pandangan nyinyir dan betapa piciknya aku berlari dari kenyataan.
Kegagalan kami dalam usaha bukan untuk dilecehkan...tapi untuk dipelajari bahwa kami belum matang dalam pengambilan keputusan,bahwa kami kurang fokus dalam segala hal...terlalu mudah goyah karena pendapat orang-orang yang sekedar berpendapat.
Dan yang utama lagi...kegagalan ini memang harus terjadi karena sudah jadi skenario yang sudah dirancang oleh sutradara Yang Serba Maha,Allah Ta'ala.
Dan hebatnya lagi disaat seperti ini kami Dipercaya dengan Anugrah yang tak terhingga...tamu agung yang akan datang di tanggal 05 January 2008...
Tamu agung kami yang kedua...Menara Akbar Dharma Mulia  


      --------------bersambung ke bagian 2--------------

*duhita-hartono* 

 



Wednesday, May 5, 2010

Apa yang kau cari?

Siang ini Yunita(demikian namanya) datang ke rumahku.Begitu turun dari taxi,dia menghambur ke arahku yang sibuk mengangkat jemuran,memelukku sambil terisak-isak.
"Assalamualaikum...",sapaku sambil bingung menerima pelukannya.
"Ayo,masuk yuk...",ajakku.
Dia mengangguk...dan aku terpukau oleh perubahannya,sekarang dia seperti seorang model yang aku lihat di majalah wanita,wajahnya dipoles make up,bau parfumnya pun wangi lembut...hmm pasti parfum mahal.
Sejenak kemudian kami sudah duduk di ruang tamuku yang mungil itu.
Bak banjir bandhang...dia mulai menangis sambil mengatakan sesuatu...
"Sstt...tenang,tarik napas...kalau kau tidak tenang bagaimana bisa aku dengar ceritamu?",kataku perlahan sambil memegang bahunya yang terguncang-guncang karena hebatnya tangis yang menderanya.
Aku berusaha tenang,anak bungsuku ikut mengusap air mata Yunita dengan ujung roknya yang lucu.
Sesaat kemudian Yunita tenang lalu mencium pipi anakku.
"Ir,aku minta cerai ke suamiku tadi malam",katanya lirih.
Meski Yunita berkata lirih...aku malah terlonjak kaget setengah melotot persis adegan film India kalau tokoh ceritanya kaget,maka kamera berulang-ulang goncang seperti terkena gempa dan kilatan petir.
"Apa katamu Yun?",tanyaku ngilu di hati...
Nampaknya suami Yunita baik orangnya,tenang & lembut,belum lagi mereka dikarunia 3 bidadari yang cantik-cantik...
"Irma,aku sudah tidak kuat lagi menahan derita ini..",kata Yunita seakan dia memang menderita.
Aku pandangi seluruh wajahnya..cantik terawat,aku pegang tangannya...tidak ada luka memar...terluka???
"Suami punya pacar?",tanyaku blo'on tidak mengindahkan tata krama lagi.
Yunita menggeleng.
"Apa dia memukulmu sampai luka?",tanyaku tanpa tedheng aling-aling.
Yunita menggeleng lagi.
"Apa ada masalah dari keluarga besar suamimu?",tanyaku tanpa basa-basi.
Ampun gemes aku...Yunita menggeleng lagi.
"Lha trus ono opo kowe sampek njaluk pegat Yun?",tanyaku dengan geran dan kasar dengan bahasa jawaku.
"Aku...aku lelah Ir,aku capek dengan segala keterbatasan kami?",jawabnya gusar...kali ini aku tidak berhak menghakiminya.Aku cuma terasa getir di hati...memang ada rasa ingin  berteriak ke mukanya yang semakin cantik terawat tanda sering ke salon..."Wong yo kamu cukup koq merasa gak cukup!!!!".
Lagi-lagi lidahku kelu.
"Aku enggak akan tanya lagi Yun...aku sambi sambil nyuapin Anna ya? Kamu sudah makan siang?",kataku.
Yunita menggeleng pelan...
"Ayo makan siang bareng sama aku yuk,tapi seadanya ya...ini cuma ada sambel tempe penyet ,perkedel & sop",kataku menariknya ke ruang tengah.
Wajahnya yang sedang muram berusaha tersenyum...
Lalu kami bertiga makan bersama,sesekali aku repot melayani Anna yang masih berusia 3 tahun.
Sebentar kemudian hujan mulai turun,aku bergegas mengangkat jemuran.
Lalu duduk kembali meneruskan makanku,selama aku sibuk Yunita mengamatiku.
"Irma,kamu ngaak capek melakukan ini semua?",tanyanya sambil mengamatiku.
Ya Allah,apakah wajahku berantakan sampai dia bertanya sedemikian.
Aku menggeleng..."Capek apa Yun,cuma di rumah dan nungguin anak justru suamiku yang capek...pergi ke kantor dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore", jawabku menepis segala tanyanya.
Dari tanyanya aku jadi tahu apa alasan Yunita minta bercerai dari Prasetya.
"Koq aku gak tahan ya sama kehidupanku...aku gak bisa diam di rumah sepertimu Ir,maaf ya menurutku seperti orang bodoh.Sekarang pikirlah Ir,buat apa ortu kita menyekolahkan kita sampai sarjana kalau cuma di rumah aja",cerocosnya pedas.
"Ehm menurutmu gitu?",tanyaku balik.
Dia mengangguk.
"Menurutmu kita mendidik anak iku tidak butuh pendidikan?gak butuh sekolah?gak butuh pengertian saling menerima?",cerocosku tanpa ampun.
Yunita menggeleng..."Tapi gak bisa menghasilkan uang kan?",tanyanya balik serasa menyerangku.
Aku tersedak...
"Yunita...kita "mencetak" anak-anak dengan bekal pendidikan kita",jawabku tegas.
"Oh,percuma aku kesini,kau pun mirip Prasetya!",Katanya ketus lalu menyambar Handphone-nya yang menawan ...sejenak kemudian dia lenyap dari rumahku dibawa Taxi yang dia telpon lewat Hp-nya itu.
Aku diam...tercekat!tenggorokanku terasa sakit karena menahan tangis dan kecewa...
Apa yang kau cari Yunita...kamu memiliki suami dan 3 putri yang lucu-lucu,kehidupanmu berkecukupan tapi kau merasa kurang...
Kasihan kalau sampai perceraian itu terjadi maka kelak dia cuma dapat kehidupan semu yang dia impikan.
Sebatas dunia kau pandang tapi kau tinggalkan Anugerah yang ada untukmu.
Kututup pintu ruang tamu,hujan berhenti seakan enggan menangisi keputusan Yunita.

......Somewhere outhere....

Monday, May 3, 2010

Salah

Wajahnya yang tenang dan tidak banyak bicara itu membuat orang menjadi segan.Sebaliknya orang malah mudah mengajakku berbicara dan sesekali melontarkan gurauan.
Bahkan karena terlalu ramah orang jadi berpikir lain padaku,karena aku ceria dan gampang senyum maka pikiran orang pun jadi beragam.
Ada yang merasa aku memperhatikan,ada yang merasa aku reseh,ada yang merasa aku cerewet bahkan banyak yang menganggapku bodoh.
Dulu begitu tahu pandangan orang terhadap aku yang menurutku enggak banget benernya,aku merasa sedih dan memikirkannya.
Tapi setelah aku sering sharing dengan suamiku yang notabene-nya dia pendengar yang baik,aku jadi tahu bahwa pikiran orang itu hak orang tersebut jadi aku gak boleh terbelunggu dengan pikiran orang yang menurutku salah menilaiku.
"Yang penting kamu selalu berniat baik pada semua orang yang kamu kenal...gitu lho Honey",begitu katanya dengan tenang.
Salah kalau kita melihat seseorang dari penampilannya saja,"casing" suamiku sepertinya keras kadang gayanya yang emosional membuat orang berpikir pasti orang ini jahat dan pendendam.
Justru dari dia aku belajar supaya tidak memikirkan kesedihan yang telah berlalu,belajar memaafkan orang yang kita rasa melukai hati kita,belajar tidak hanyut dalam dendam.
Malah salah jika menilaiku lemah lembut...hehehe (Mbak,becak-e dipinggirno dhisik Mbak...qiqiqi),aku keras dan sering merasa hanyut dalam sindiran seseorang.
"Kamu mestinya ngerti Honey,Allah itu menakar seseorang baik pribadi dan bertumbuhnya pribadi itu sudah sangat pas,kamu ojo sedih",begitu hiburnya kalau aku sharing kesedihanku.
Salah kalau aku dinilai tenang dan kalem,justru malah Mas Toton yang benar jika dinilai demikian.
Itu tentang aku & Mas Toton sedangkan beberapa yang bersangkutan dengan temanku juga demikian.
Yang sepertinya kalem eh malah keras dan egoisnya tinggi tapi yang blak-blakan dan ugal-ugalan malah cuma "casing"-nya saja,dia malah lebih panjang pemikirannya,tidak gampang menghakimi dan malah selalu berbaik sangka.
Jadi ingat Quote Favoritnya Tukul Arwana..."Don't judge the book by a cover".

Sunday, May 2, 2010

Sambutan Dari Teman yang juga Guruku

Namanya Tjandra Ratna Dewi,kami satu SMP di Surabaya.Aku begitu merasa kenal dengan dia karena dia salah satu murid pandai di SMP Negeri 1 Surabaya.Kami "bertemu" kembali di Facebook,dia tidak mengenalku tapi aku mengenalnya ^_* setelah dia approve aku (karena aku yg add di di Fb) maka aku bebas bertanya tentang tulisannya yang menawan itu...dia punya Blog yang menurutku cantik.
Tjandra Ratna Dewi menuliskan apa yang ada disekitarnya disini
tulisan-tulisan Dewi  
Blog-nya begitu memukau karena bahasanya indah tapi sederhana,simpel untuk dimengerti.Bahasanya mengalir sejuk.
Justru karena aku bertanya banyak dan dia menjawab dengan gaya "andhap asor"-nya maka lahirlah blog-ku ini.
Blog-ku lahir karena dorongan Tjandra Ratna Dewi...saking bersemangatnya aku,maka "anakku"(begitu istilah Dewi membahasakan Blog) lahir secara prematur.
Istilahnya tepat juga buat aku karena begitu "melahirkan" blog ini,aku serasa ibu yang jatuh cinta pada anaknya ketika baru lahir,berdebar-debar menatapnya dan "menyapa"-nya penuh emosi untuk menumpahkan inspirasiku.
Yah,inspirasi dari seorang istri & ibu biasa...bukan siapa-siapa.
Tapi sambutan dari teman bahkan guruku ini...membuatku merasa aku "berarti"...
Terima kasih kadonya ya Dewi.
somewhere outhere with love

Status Facebook & Aku

Benar teori Maslow,salah satu kebutuhan dasar manusia itu adalah "pengakuan" dari sesamanya.
Jadi kadang aku harus menahan mules di perut ketika membaca status yang sangat tidak perlu diupload di Facebook,misalnya ..."malam jumat nih,waktunya mesra dgn suami"...(minta pengakuan bahwa dia sudah berumah tangga dan rumah tangganya okay)..."wah gimana ya koq jadi beli Chanel lagi ya padahal bulan lalu sudah beli"...(butuh pengakuan dirinya sophiscated)..."ough lamanya,padahal cuma mbetulin audio mobil baru"...(butuh pengakuan kalau sudah bisa beli mobil baru,sudah tahu kalau mbetulin audio itu makan waktu lama tapi demi update status)..."Ups jadi ketagihan StarBuck neehh"..(butuh pengakuan bahwa sudah bisa ngopi gaya kelas atas).............TAPI AKU SADARI FACEBOOK DARI SESEORANG ITU ADALAH HAK SESEORANG TSB...time changed people...teman-teman sekolah kita dulu pun sudah banyak berubah.
Aku saja yang terlalu sensitif karena prinsipku,kemapananku bukan untuk dipamerkan dan kesusahanku bukan untuk diupload di Fb...begitu kata suamiku.
Status Fb teman-teman juga banyak yang bermanfaat,status yg berbagi info pendidikan,info judul buku yang bagus dan yang asyik lagi status Fb yang mendinginkan hati dengan sekedar berbagi nasehat kebaikan...
Jadi Facebook itu cuma tergantung bagaimana kitanya...
Ada juga karena sesuatu yang tidak baik membuat seseorang "memalsukan" pribadi seseorang dengan membuat account Facebook palsu seseorang yg sedang dia benci.Bisa ditebak isinya pun jauh dari kepribadia seseorang yang asli...istilahnya "pembunuhan karakter" begitu yang sedang in.
Lagi-lagi itu tergantung pada pribadi kita sendiri...kalau mau tetap jadi pecundang ya selalu "usil" dengan membuka account Facebook seseorang atau memalsu pribadi orang lain.
Dan Facebook sudah punya parameternya...yang dilecehkan bisa memblokir account tersebut.
Kebaikan itu sebenarnya simpel...sederhana dan bisa dilakukan siapa saja,jadi kita berjalan di jalur kita saja dan tidak melukai seseorang...
Terima kasih pada Facebook saya bisa bertemu dengan kerabat yang lama tidak bisa saya jumpai,bisa bertemu dengan teman yang benar-benar teman,bahkan bertemu dengan adik-adik saya yang hampir 3 tahun ini belum bisa berpelukan langsung...belum bisa lagi saling meledek secara langsung.
This is the bright side of  Facebook atau the silver lining-nya Fb (begitu kata Mr Little ketika menasehati Stuart Little)

Saturday, May 1, 2010

Dari temanku


Lama kami tidak bertemu,bertemu kembali di Facebook dan aku rela digambarkan bak "manusia purba" karena kehidupanku yang baru sekarang aku mirip sekali dengan Wilma Flinstone...but I Love My Life...
Duhita yang kali ini "harus" mau belajar dari siapa pun dan dengan apa pun keadaan yg sedang dihadapinya.
Robbi Gandamana yang menggambarkan aku ini...
Terima kasih teman...aku sangat tersanjung kau gambarkan secantik ini.