Wednesday, March 16, 2011

Mengetuk Pintu yang Salah


Negara tropis panas tak menentu diterjang beberapa badai yang tak pasti datangnya (tapi kelak akan berlalu)


Saat kesulitan harus dihadapi ada beberapa jalan yang menurut kita itu pilihan sebagai jalan keluar walau sementara. Mengetuk pintu pertolonganNya dengan doa dengan sedikit menempatkan diri pada posisi yang cukup memalukan, meminjam beberapa rupiah dengan menjawab kepastian akan mengembalikannya. Jawaban pastinya adalah doa kita itu didengarNya, itu pasti. Sedangkan pintu yang mana yang dipilihkanNya untuk kita itu yang kita harus membaca sendiri dengan jeli. Dan sebenarnya jawaban itu sudah ada di hati kecil kita. Ada bisikan seperti yang aku rasakan sudah ditandaiNya ketika aku mengetuk pintu pertolonganNya lewat seseorang yang aku anggap layak membantuku, yang aku anggap sangat layak membuka pintu pertolonganNya melalui diri seseorang itu. Dan ternyata justru mataku salah memandang, salah menjatuhkan pilihan meminta pertolongan atau berharap jalan Allah ada di dia. Meleset dari perkiraan, mematahkan hati, sedih terhina, sendiri, itu jawaban yang aku terima. Mestinya aku belajar dari penolakannya untuk membantu kami. Mestinya. Hanya karena bingung entah bagaimana lagi bahkan pada siapa jalan pertolonganNya itu ada untuk kami aku malah mengulangi lagi, memohon bantuan yang jelas tidak cuma-cuma itu kepada orang yang sama. DITOLAK LAGI, DIPERMALUKAN LAGI. TERBENTUR. SAKIT.


Apakah dia menyakiti saya dengan penolakannya itu ? . Jawabnya semula IYA, dia menyakiti saya, selanjutnya saya harus belajar ikhlas dalam menerima sebuah penolakan. Sisanya saya malah merasa dia menutup pintuNya Allah untuk berbuat baik yang sebenarnya dia bisa lakukan karena dia sangat mampu dan bukan hal besar untuk menolong seseorang yang sedang lemah. Saya malah membayangkan bahwa sejatinya kita semua ini bercocok-tanam untuk diri kita sendiri, menanam hal untuk kita panen kelak. Dari pandangan sederhana itu malah saya melihat dia yang begitu kuat dan mampu itu aslinya seorang petani yang kelihatannya mampu menanam tapi malah  menolak menanam. Entah apa yang dia tuai kelak.
Dari dia saya disuruhNya membaca bahwa setiap orang yang mengetuk pintuNya itu akan dilewatkan ke seseorang, dan pilihan seseorang itu sendiri apakah dia mau membuka pintu pertolonganNya melalui dia atau malah menolak. Bahwa setiap orang yang (tidak setiap hari) meminta pertolongan pada kita itu adalah utusanNya agar kita bisa membuka pintu pertolonganNya melalui kita ini.
Semua terserah Anda mau dilaluiNya atau tidak.
Semua terserah Anda mau menanam benih kebaikan yang dikirimNya melalui orang yang meminta pertolongan Anda atau malah menolak menanamnya.

*dikala sedih merasa sendiri*
Gambar diambil dari :disini 

Sunday, March 6, 2011

Bola Salju dan Bara Api

Negara Tropis, hangat dalam pelukan cinta sejuk dalam bara asmara.

Mengenang awal pertemuan yang cukup manis sambil memandang anak-anak yang terlelap tidur membuat kami yakin tentang garisanNya.
Sepintas lalu memang sepertinya saya yang menenangkan dia tapi pada nyatanya justru dia yang mengajarkan ketenangan penuh elegan ketika diterpa badai.
Dari dia saya jadi banyak belajar untuk berpikir realistis.
Dari dia saya jadi belajar untuk tetap konsisten belajar dan mengejar impian.
Memang dia sepertinya tidak perhatian karena sikapnya dingin tapi dengan diamnya itu dia memperhatikan apa yang bisa dia perbuat untuk membantu.

Allah begitu Pemurah padaku ini, bolehlah saat ini kami sedang memulai kembali menata perekonomian kami yang luluh lantak tapi cintanya dia ke kami itu benar-benar mengahangatkan kami yang sedang dingin dalam sedih.
Banyak hal kami lalui bersama, banyak tawa dan tangis, begitu banyak harapan tetap tertanam di benak kami.