Thursday, April 26, 2012

The Beatles - The long and winding road - Traduzido

Tanya Kenapa dan Jawabannya

Negara tropis, panas membara, membakar asa menuai debu harapan tapi tidak pernah mati asa tidak serapuh debu yang dihasilkan.




Aku bertemu sahabat karibku dalam renungan, karena sahabatku ini adalah hati kecilku yang selalu menguatkanku, suaranya mulai lantang bisa kudengar jelas.


Semua tanyaku dijawabnya dengan tenang dan lugas bukan mengecilkanku.
Bagaimana dia mulai terdengar lantang ?
Jawabnya adalah sejak aku dijatuhkan seseorang yang aku percaya, dikhianatinya aku karena dia membocorkan curahan hatiku.
Dan hati kecilku ini dengan tegas berkata, "Hita, kau sudah tahu kalau menghiba ke sesama manusia itu cuma membuatmu hina, kau bandel, baru setelah dikhianati begini kau baru sadar. Paling aman kau menghiba ke Allah semata, susahmu, sedihmu, marahmu katakan saja pada Allah di waktu hening, di waktu yang lain terlelap tidur dibuai mimpi".
Bisikan hati kecilku itu aku resapi.
Lalu sejak itu aku selalu berbincang dengannya ketika selesai menemani anak-anak memulai hari mereka.


Tanyaku : Kenapa begitu banyak yang menjatuhkanku
Jawabnya : Karena kau dianggap mereka terlalu kokoh


Tanyaku : Kenapa begitu banyak cemooh yang aku terima dan aku jadi lelucon
Jawabnya : Karena mereka ingin menyedekahkan amal baik mereka buatmu


Tanyaku : Kenapa kalau aku sedikit malas saja malah jadi bahan omongan dan diolok-olok
Jawabnya : Karena kau dituntut untuk sempurna dan itu melatih dirimu agar tidak lalai


Tanyaku : Kenapa aku tidak boleh sedikit saja membagi penatku, resahku
Jawabnya : Karena kau terlihat begitu kuat, mereka tidak ingin melihatmu lemah


Tanyaku : Kenapa aku tidak boleh sedikit saja mencurahkan kegundahanku
Jawabnya : Boleh koq boleh tapi pilih padaNya saja, aman dan Insya Allah kau kelak semakin kuat




Negara tropis di sebuah tanggal di sebuah kesadaran. 

Thursday, April 19, 2012

Dunia Oh Dunia

Negara tropis, panas membara membakar kesedihan, memanaskan kesadaran untuk diresapi.

Pagi itu aku bawa bungsuku untuk mengurus segala keperluan yang sempat tertunda beberapa hari ini.
Ketika melewati jalan persimpangan aku melihat anjing tergeletak seperti tidur tapi tidurnya tidak seperti biasa.
2 Jam kemudian dalam perjalanan menuju rumah setelah menyelesaikan urusanku, aku melewati anjing yang tidur itu lagi. Dan kali ini aku tahu itu bukan anjing yang sedang tidur tapi itu bangkai anjing.
Terkesiap aku, ingin menangis aku. 

Bukan karena aku iba dengan anjing itu tapi telah datang suatu peringatan padaku, padaku yang kemarin begitu sedih merasa terpuruk dengan berbagai banyak kesulitan.
Istighfar panjang kulafalkan lalu aku akhiri dengan doa Dzun Nun, aku merasa kecil tak berarti.
Bangkai anjing itu mengingatkan aku pada suatu sore ketika aku mengaji bersama Suami dan Ustadz Fa'iz, beliau ini yang menjelaskan tentang begitu hinanya dunia kalau kita mengagungkan harta yg cuma ada di dunia fana ini, beliau menjelaskan demikian : 
"
Allah SWT telah mewahyukan kepada Daud a.s. dengan firmanNya, 'Wahai Daud, perumpamaan dunia ini laksana bangkai di mana anjing-anjing berkumpul mengelilinginya, menyeretnya ke sana ke mari. Apakah engkau suka menjadi seekor anjing, lalu ikut bersama menyeret bangkai itu ke sana ke mari?' (Hadis Qudsi riwayat al Madani di dalam kitabnya)

Lalu kenapa aku mesti resah dengan kekurangan dan kesempitan yang aku hadapi ?
Aku sudah seharusnya sangat harus, mensyukuri apa yang terjadi dalam hidupku. Bukan hanya ketika berkecukupan lalu bersyukur dengan lantang sudah semestinya meski terhimpit dan terancam bahkan bergelimang fitnah aku juga bersyukur.
Dalam keadaan sedih pun rasa syukur harus ada, selama masih diberiNya umur bersyukur itu harus selalu ada.
Sudah semestinya aku mengerti banyak hal yang sudah aku lalui ini sudah disediakanNya jalan, kenapa aku mesti berontak nelangsa.
Aku sudah seharusnya kalaupun nelangsa aku tahu harus berkeluh kesah pada siapa, benar hanya padaNya saja aku mengadu, nelangsa dan memohon. 
Bukan pada sesama manusia, aku sudah kapok melenceng dari hal-hal ini. 
Aku pernah curhat nelangsa pada orang yang aku anggap baik dan halus ternyata dia hanya srigala berbulu domba ternyata dia malah membuatku dijauhi orang-orang sekelilingku, apa aku kecewa ?  
Ya pada mulanya aku kecewa lalu waktu yang membuatku sadar bahwa kekecewaanku itu pelajaran dari Allah.
Ada Hadist yang begitu gamblang menjelaskan tentang jangan berharap ke sesama manusia, sekali lagi ini pelajaran berharga buatku dan menyembuhkan luka hatiku. Dan menyadari bahwa pandanganku ini terbatas, begitu mudah percaya pada seseorang yang aku anggap baik ternyata pandanganku salah.

"Seandainya seluruh makhluk hendak memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu. Dan seandainya mereka hendak mencelakakan dirimu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan atasmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu. Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap sesuatu yang engkau benci terdapat banyak kebaikan, ketahuilah bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan, serta kemudahan itu (datang) setelah kesulitan."
[HR. Ahmad 2666]

Aku sadar Allah Ta'ala yang memperingatkanku atas semua yang aku alami termasuk ketika aku sudah begitu nelangsa dengan himpitan dunia, aku merasa kurang ini dan itu  aku malah dipertemukan dengan bangkai anjing yang tergeletak. 
Membuatku ingat kajian tentang dunia beberapa tahun yang lalu ketika aku dan Suami mendengarkan ceramah Ustadz Fa'iz.
Seperti memutar ulang kumparan waktu dan baru mengerti makna sesungguhnya.
Betapa meruginya aku ini.
Astaghfirullahaladzim, Ampuni hambaMu ini Ya Allah Ya Rabb.




Negara tropis, di suatu tanggal di suatu kesadaran.









Sunday, April 15, 2012

Bertamu (1)

Negara tropis, mulai panas membara tapi sinar matahari sengatannya memberikan kesadaran.


Hari itu aku mengemas pesanan kue, aku teringat akan salah satu tetangga baikku.
Kusisihkan beberapa kue untuk aku antar ke rumahnya begitu aku selesai dengan pekerjaanku.
Setelah pesanan aku antar, aku menyempatkan diri menghampiri tetangga baikku itu sambil membawa kue untuknya.
5 Menit pertama kami berbincang hangat lalu telepon genggamnya berdering, spontan dia menerima telpon, aku duduk tenang menunggunya tanpa bermaksud mencuri dengar obrolannya, lalu waktu berjalan, aku masih menunggu.
Tetanggaku memunggungiku, aku jengah karena merasa dia butuh untuk menjauh dariku lalu aku berdiri menjauh.
10 Menit terasa lama, aku masih merasa kurang sopan kalau aku berlalu begitu saja.
15 Menit kemudian, aku berdiri lalu pamit pada suaminya.
Aku pulang dan tetanggaku itu pun tidak mengantarku sampai pagar, dia masih asyik bertelepon ria tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.


Dalam perjalanan pulang aku berpikir atau berperang dengan egoku tepatnya.
Satu hatiku merasa terhina.
Satu hatiku merasa ini pelajaran yang aku terima kelak kalau ada tamu aku harus tahu mana yang aku dahulukan yang nyata di depan mata atau hanya sekedar telepon yang bisa dijawab dengan sopan kalau aku sedang ada tamu dan nanti bisa aku telepon kembali.
Pelajaran untuk peduli dengan sekitar itu mengasahku.
Begitu juga dengan betapa cepatnya perkembangan tekhnologi telepon genggam bisa menggerus kesopanan.


Ah sudahlah aku pokoknya pulang dengan kecewa tapi aku dapat pelajaran berharga agar kelak aku tahu dan sadar untuk menghargai tamu yang datang ke rumahku.

Sunday, April 1, 2012

Warna Bola Mataku

Negara tropis saat ini sering diguyur hujan tapi setelahnya langit cerah, biru cantik.


Anak-anak sedang membaca buku tentang mata manusia.
Si kecil mendadak bertanya warna bola matanya apa.
Si Sulung yang menjawab.
Lalu Si Sulung pun bertanya tentang warna bola mataku, aku jawab kalau bola mataku warnanya hitam
Ada yang membantah.
"Bukan hitam warna bola matamu itu, tapi coklat tua lembut, aku hapal itu karena aku suka menatap matamu baik saat kau bercerita ceria, sedih bahkan marah, aku selalu menatap matamu", katanya khas dengan gaya romantisnya yang tak terduga karena memang dia hampir tidak pernah merayuku, suara berat itu membuatku melayang.


Dalam keadaan apapun yang kami alami tiba-tiba menjelma jadi kisah cinta yang indah dan tidak butuh hamparan marah kecewa pada kehidupan begitu aku mendengar jawaban sederhana tentang warna bola mataku.
Aku menangis penuh haru, mengingat betapa hapalnya dia dengan segala yang ada pada diriku.
Tersenyum mesra menatap balik ke arahnya, ah tak apalah dia meski cuek dan bergaya dagelan lucu kalau aku sesekali merajuk manja.


Ada saatnya kami menjalani himpitan ekonomi yang tak terelakkan, kami jadi paham kami saling memiliki.
Tidak aku biarkan celah racun rayuan pada orang yang salah melihat kalau saat ini aku butuh keadaan ekonomi yang mapan secara instan.
Ada yang menggoda tapi jelas aku tidak tergoda sedikit pun
Aku tetap menghormati suami superku.
Aku tetap ada di sisi suami superku
Aku tidak peduli dengan begitu banyak rayuan sampah yang menujuku, salah besar dia menggodaku.
Salah alamat kalau dia menawarkan kemapanannya untuk membuatku terpesona dengannya.
Bagiku harta tak ternilai yang harus aku dampingi sampai Allah meminta nyawaku adalah suami dan anak-anakku.


Aku masih terpesona dengan jawaban Suamiku pada anak-anaknya kalau warna bola mata Ibu mereka itu adalah coklat tua lembut.
Allah menganugrahkan padaku lelaki luar biasa, Alhamdulillah.
Sujud syukurku untuk cintaku selalu, doaku agar kau dikuatkanNya selalu suamiku.
Terima kasih atas kasih sayangmu atas pandanganmu yang penuh cinta padaku.


Sinar matahari mulai menghangat di hari cerah ini, biarlah badai lewat karena setelahnya ada hari cerah, dan selama kau mendampingiku itu hal luar biasa terjadi padaku selalu, kau untukku, untuk kami.