Sunday, April 15, 2012

Bertamu (1)

Negara tropis, mulai panas membara tapi sinar matahari sengatannya memberikan kesadaran.


Hari itu aku mengemas pesanan kue, aku teringat akan salah satu tetangga baikku.
Kusisihkan beberapa kue untuk aku antar ke rumahnya begitu aku selesai dengan pekerjaanku.
Setelah pesanan aku antar, aku menyempatkan diri menghampiri tetangga baikku itu sambil membawa kue untuknya.
5 Menit pertama kami berbincang hangat lalu telepon genggamnya berdering, spontan dia menerima telpon, aku duduk tenang menunggunya tanpa bermaksud mencuri dengar obrolannya, lalu waktu berjalan, aku masih menunggu.
Tetanggaku memunggungiku, aku jengah karena merasa dia butuh untuk menjauh dariku lalu aku berdiri menjauh.
10 Menit terasa lama, aku masih merasa kurang sopan kalau aku berlalu begitu saja.
15 Menit kemudian, aku berdiri lalu pamit pada suaminya.
Aku pulang dan tetanggaku itu pun tidak mengantarku sampai pagar, dia masih asyik bertelepon ria tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.


Dalam perjalanan pulang aku berpikir atau berperang dengan egoku tepatnya.
Satu hatiku merasa terhina.
Satu hatiku merasa ini pelajaran yang aku terima kelak kalau ada tamu aku harus tahu mana yang aku dahulukan yang nyata di depan mata atau hanya sekedar telepon yang bisa dijawab dengan sopan kalau aku sedang ada tamu dan nanti bisa aku telepon kembali.
Pelajaran untuk peduli dengan sekitar itu mengasahku.
Begitu juga dengan betapa cepatnya perkembangan tekhnologi telepon genggam bisa menggerus kesopanan.


Ah sudahlah aku pokoknya pulang dengan kecewa tapi aku dapat pelajaran berharga agar kelak aku tahu dan sadar untuk menghargai tamu yang datang ke rumahku.

No comments:

Post a Comment