Wednesday, December 15, 2010

Terbatas itu....

*Negara tropis, didera angin hebat, menumbangkan pohon-pohon yang meneduhkan tapi tidak ada badai yang menetap, dia akan berlalu meski sekeras apapun dia menyapa*

Mengenang bukan untuk dendam tapi untuk berpikir .
Malang, akhir 2006

Begitu keras badai lewat saat itu.
Dengan niat mencari tambahan uang belanja, aku rela berjualan dagangan temanku.
Dengan tanpa gabung di sebuah MLM aku rela hanya menjualkan wadah plastik cantik kedap udara.
Sekeras apapun badai menyapa,dia tidak menetap,kelak dia berlalu
Temanku ini berbaik hati meminjamkan barang dagangannya tanpa aku bayar terlebih dulu, barang-barang itu aku jual dulu, setelah ada pembayaran dari pembeli baru aku setor hasil penjualanku ke teman baikku ini.
Katalog-katalognya yang menarik itu juga banyak dipinjamkan padaku.

Kerabatku tahu aku berjualan wadah plastik kedap udara ini, maka mereka berdua meminjam katalogku untuk dilihat dan dipilih tentunya.
Dengan senang hati dan penuh harap aku meminjamkannya.
Mereka meminjam 2 hari.
Lalu ketika aku minta dan aku tanya mau pesan yang jenis apa, 
mereka berdua ini saling melirik lalu salah satunya menjawab...
"Nanti aja Mbak begitu ada uang".
Aku mengangguk dan sama sekali tidak ada pikiran apa-apa.
Seminggu kemudian mereka berdua ini berpapasan denganku dan mereka membawa beberapa wadah plastik kedap udara.
Sejenak memang aku tergelitik dengan rasa bagaimana gitu.
Jelas aku merasa sedikit tersinggung, pinjam katalog-ku tapi mereka tidak  membeli lewat aku.
Ya itulah jeleknya hatiku, aku memarahi diriku sendiri.
Kenapa mesti tersinggung.
Biarkan saja mereka tidak tahu etika yang penting kan aku tidak memaksa sampai mereka takut sama aku  ^_^
Pelajaran yang aku dapat dari keterbatasan yang aku alami saat itu adalah ikhlas.
Pelajaran ke dua tentang bisnis mestinya aku tanggap bagaimana cara memperlakukan konsumen.
Ya sudahlah yang penting aku dari keadaan terbatas saat itu aku belajar tentang etika.
Selanjutnya aku bersikap wajar dan pura-pura tidak tahu sekalipun dua kerabatku itu suka berkasak-kusuk.
Pelajaran mahal saat itu adalah aku belajar untuk menerima hinaan serta cemohan.

Aku sudah tidak mampu lagi untuk membeli parfum, dua kerabatku ini kasak-kusuk tentang bau kamarku sampai ada orang sepuh yang ikut terbawa memusuhi kami, memandang rendah kami.
Padahal bau kamarku itu wajar, bau pengap karena obat nyamuk bakar pun mereka tertawakan.Hanya karena kami tidak mampu lagi beli obat nyamuk semprot.
Setiap hari ada saja kasak-kusuk yang menyinggungku, aku cuma bisa meneguhkan hati, menguatkan diri.
Harus begini aku diperlakukan agar aku semakin menghargai orang lain.
Aku menerima semua itu dengan lapang dada agar kelak aku tidak menghina orang yang sedang kesusahan.

No comments:

Post a Comment