Tuesday, December 7, 2010

Semua Ilmu itu Penting tapi Kau Butuh Satu saja untuk Kau dalami

*Negara Tropis didera hujan, tempaan deras airnya menghapus kesombongan*

"1990-1994"
Dunia Gelap

Asli aku gak tau harus milih jurusan apa untuk naik ke kelas dua.
Belajar sih masih asyik aja pas kelas 1 SMA dan aku terbiasa dipandang sedang sekolah di sekolahan pinggiran.
Teman-teman SD-ku yang lain kebanyakan sekolah di SMA di tengah kota tepatnya di seberang bangunan tugu Kota Malang.
Aku sudah merasakan tentang pandangan sebelah mata ketika di umur 15 tahun ini dan membuatku sakit kepala rutin.
Aku membungkus diriku dengan kemarahan yang konyol...
dan aku tetap menjalani hobi membacaku.
Aku minum racun "matematika itu susah" setiap hari setiap saat...hehehe
dan ternyata racun itu manjur.
Aku keteteran di matematika tapi aku tidak mau menyerah, aku utak-atik, aku baca pelan-pelan buku pengantarnya dan aku dibantu guru les.
Ternyata Matematika itu bener-bener ilmu pasti...jawabnya pasti kalau aku paham rumus dan penerapannya.
Ok...sampai sini Matematika masih asyik.

Kelas 2 menjelang, aku dapat kelas 2 jurusan Fisika kelas ke satu.
Aku ada di 2A1.1
Semester pertama asyik, meredup ketika guru matematika mulai cepat cara mengajarnya lalu guru fisika yang menjelaskannya seolah bicara dengan dirinya sendiri, *aku tidak mengecilkan arti seorang guru,malah aku belajar dari mereka apa itu arti mengajar,SALUT buat Guru-guru yang telah mengajarku selama ini* .
Aku mulai teresap kedalam lumpur pasir...tenggelam pelan-pelan.
Aku berusaha dengan keras mengejar ketinggalanku.
Aku malah menemukan cara refreshing baru...Aku asyik di majalah dinding.
Aku asyik berkarya di majalah dinding, semua artikel aku tulis dengan gaya bahasaku yang sederhana, dua sahabatku  meramaikannya.
Baru aku menyadari...Aku suka menulis.
Rasanya aku ingin berlari kembali ke masa pemilihan jurusan
Mestinya aku pilih kelas bahasa.
Persetan dengan pandangan jahat masyarakat saat itu...
"Anak IPA itu anak-anak pintar, anak IPS itu anak-anak foya-foya dan anak Bahasa itu kelas buangan!!!"
Perih tapi ini pandangan yang nyata saat masa aku masih SMA  ...Masa Kegelapan.
Mestinya pemberdayaan itu ada di lembaga konseling...
Seharusnya ada kata-kata sejuk yang begini...
Terbangkan pemikiranmu Anakku, seperti Elang yang tidak pernah ragu akan  tujuannya

 "Nak, semua ilmu itu penting tapi kamu harus menyadari bahwa kau butuh menguasai satu ilmu dengan baik, sisanya kau membutuhkan ilmu lainnya dari orang lain yang menguasainya, karena kita Diciptakan untuk saling melengkapi" 
  
Sayangnya tidak ada kata-kata sejuk itu...membuatku malas memecahkan es beku di otakku.
Aku masih saja cuma debu yang dianggap bodoh dan bloon.
Aku tidak marah malah aku suka jadi pura-pura bodoh.
Dan aku diam-diam menyukai dunia memasak, dunia menghias, dunia padu padan kain.
Tapi tidak ada satupun orang yang menyadari kalau aku butuh waktu untuk diasah...
Menurutku semua orang sudah bahagia melabeli aku dengan Duhita Bodoh.
Aku tidak terhanyut, aku tetap mengasah diriku diam-diam.
Karena aku tahu aku sudah memberi kebahagiaan pada orang-orang yang menganggapkau bodoh dan tidak bisa apa-apa.



*Tahun 2000- sekarang dan seterusnya Duniaku Bersinar Terang, kalaupun hujan & angin datang Insya Allah, aku sudah berteduh di tempat yang tepat Amin*
Tangan mungil ini membutuhkan dukungan kita(foto dari:http://thehomeschoolcorner.blogspot.com/)
Waktu berlalu dengan cepat...giliranku aku Dipercaya jadi Orang Tua...
Alhamdulillah...
Maka kata-kata sejuk yang mestinya aku dapatkan akan aku berikan pada 2 putraku...Daffa & Adiknya
Aku tidak akan menceritakan keistimewaan salah satu ilmu...
Aku malah akan menceritakan istimewanya semua ilmu agar dia bebas memilih.
Aku tidak akan mengekslusifkan matematika, fisika, kimia dan sebagainya.
Aku akan menceritakan serta mengajarkan bahwa dia harus memahami keahlian yang Diberikan Allah pada anakku.
Karena orang yang menguasai Fisika tetap butuh bekerja sama dengan orang Bahasa, begitu juga sebaliknya dan semua orang-orang di dunia ini pada dasarnya Diciptakan untuk saling melengkapi.
Bukan untuk berlomba menjadi superior.

Aku mencerna setiap buku pelajaran yang dulu aku merasa tertinggal...ternyata bisa itu karena biasa.
Dan biasa belajar adalah pemusnah kesombongan.
Gak peduli aku dianggap bukan sarjana pendidikan koq bicara sok kependidikan , aku cuma orang tua yang menyadari bahwa semua ilmu itu saling berkaitan dan seorang anak itu sudah Dipilih Oleh Allah untuk menguasai kecerdasan mereka.
Dan semua anak itu cerdas.
Mereka butuh diasah dengan baik bukan dihakimi dengan kata-kata "bodoh".
Dan anak-anak itu pembelajar sejati, jangan mau dikotak-kotakan dengan nilai ujian.
Berjuanglah mengasah anak-anak dengan telaten.
Einstein Muda mulai menemukan keahliannya
Jangan mau mengkotak-kotakan anak-anak kita dengan nilai ujian, percayalah mereka punya keahlian yang harus kita sadari untuk diasah.Bayangkan kalau Ibu dari Einstein menyerah karena ketika kecil, Albert Einstein
dianggap sebagai seorang pemalu, bodoh, malas belajar, dan pelanggartata tertib. Ia lulus SMP tanpa mendapatkan ijazah dan ...dua kali gagal
mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.Tapi Orang tua Einstein mendukung anaknya dengan sepenuh cinta.Membiarkan anaknya bertumbuh dengan pemikirannya, dalam diri setiap anak ada mahaguru yang membimbing hati mereka, jangan matikan mahaguru itu dengan melabeli anak-anak hanya karena nilai dari sistem pendidikan kita.
Selamat Berjuang bagi Anda & Saya
*Foto Einstein diambil dari spaceandmotion.com*


*Ditulis oleh perempuan biasa, cuma seorang ibu rumah tangga yang bukan sarjana strata 1*

2 comments:

  1. Membaca ini aku jdi merasa ditampar kembali. Smp detik ini, aku masih trs berusaha menjadi ibu yg baik buat anakku. Urusan mendidik dan membimbing seorang anak memang bukanlah semudah membalikkan telapak tangan, benar kata kamu butuh Perjuangan & Ketelatenan untuk mendobrak semua paradigma "bodoh" / pengkotak2an ilmu / nilai ujian itu.

    Terima kasih udah berbagi cerita ini.


    Salam dari seseorang yg juga pernah turut tenggelam dlam pengkotak-kotakan di masa lalu :)

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun rawuhipun Mbak Rachmah :-)
    Pengalaman masa lalu itu guru terbaik bagi kita, untuk itu aku tidak mau melabeli anak-anak...
    Mereka pembelajar sejati, biarkan jiwa belajar serta ingin tahunya berkembang liar.
    Anak-anak sudah Dibekali Allah dengan cukup untuk kita arahkan bukan kita paksakan bukan pula kita labeli dengan pemikiran kita tentang mereka.

    ReplyDelete