Pagi sebelum memulai beberapa pekerjaan rumah (maklum gak punya PRT), aku melihat beberapa berita di TV non sinetron hehehe sesekali aku diskusi kecil sama Papanya anak-anak tapi pagi itu berbeda.
Aku termangu dengan narasumber pagi itu, BJ Habibie mengulas latar belakang beliau menulis bukunya "Habibie dan Ainun".
"Setiap halaman yang saya tulis di buku ini saya curahkan sepenuh hati & menguras air mata kesedihan saya ketika saya kehilangan Ibu,karena selama menikah 48 tahun 10 hari kami tidak pernah bertengkar sedikitpun,dan saya menulis untuk menerapi diri saya dari kesedihan saya",BJ Habibie ttg buku terbarunya "Habibie & Ainun"*
Begitu mendengar demikian lembutnya BJ Habibie menceritakan latar belakang yang membuat Beliau menulis Buku Habibie & Ainun, aku jadi ingat Dewi.
"Ta, dengan menulis apa yang kau rasakan sama saja kau menerapi dirimu sendiri, seakan kau melepas bebanmu, teruslah menulis"
Kata-kata Dewi seakan terulang kembali.
Dan aku tahu memang dengan menulis aku bisa melepas beban, menulis bagiku obat penyakit kegilaanku, beribu-ribu kalimat mengepung pikiranku dan aku ingin menuangkannya agar aku lepas dari rasa gilaku yang dibelenggu ribuan kata-kata yang mendesak pikiranku.
Setelah menulis memang aku merasakan efek penyembuhan, sakit kepala yang sering menyerangku bisa mulai jarang menyapaku.
Ribuan kata yang menyerangku itu tak menentu, kadang dia berupa resep masakan, kadang berupa catatan kelas Daffa, dan kadang tulisan yang tak berujung tak berakhir seperti curahan hatiku di blog ini.
Menulis tanpa ambisi memang obat penenang yang ampuh bagiku.
Menulis tanpa menuangkan ribuan sumpah serapah malah membuatku menjernihkan diri, melepas energi negatif dari kemarahan.
Menulis itu terapi diri buat seorang Duhita yg "gila" |
Menulis adalah terapi diri yang tepat buatku, buat seorang Duhita yang bukan siapa-siapa.
No comments:
Post a Comment