Thursday, August 2, 2012

Di Kala Fajar Menyambut Mentari

Aku diam duduk termangu dalam banyak dunia di pikiranku, sejenak aku terhempas, tertampar, adakah Allah di benakku ?
Begitu ramainya dunia dalam pikiranku.
Allah, Allah, Allah tempatku bergantung semata.
Tempatku berpasrah.
Sejenak dunia yang riuh lalu lalang di pikiranku itu berhenti, hanya karena naungan di dunia membuatku masuk dalam putaran sibuknya dunia.
Astaughfirullah ...
Di kala fajar menjelang mentari hangat aku mulai kembali dalam keheningan.
Entahlah, aku yakin segala usaha tiada yang sia-sia terlebih dalam balutan doa-doa.
Dari dasar hati yang syahdu aku bergumam pelan lirih ... sudahlah Duhita, Allah Yang Serba Maha yang menyediakan jalanmu.
Demikian juga Allah yang akan menyediakan tempat untuk kami bernaung.
Pelajaran penuh makna adalah mulai saat ini kami harus mempersiapkan tempat tinggal anak-anak kelak, agar energi dan pikiran mereka kelak lebih kreatif dan siap menyongsong apa yang akan mereka hadapi.
Di kala fajar menjelang matahari, kesadaran muali menghangat bahwa hidup hanya pinjaman dariNya semata maka sudah seharusnya aku harus mempersiapkan anak-anak, bekal mereka agar cukup kami saja yang demikian berjuang untuk hal-hal mendasar saat ini.
Di kala fajar menjelang mentari aku berharap kelak kesadaran tetap menyengatku agar rasa terlunta-lunta dalam menipisnya tenaga dalam masa perjuangan tidak dialami anak-anakku.
Allah sampai mana ijinMu untukku memiliki naungan di dunia ini...lirihku bertanya dalam kilasan peristiwa.
Dalam keterbatasan yang aku punyai saat ini aku seakan mencari seoongok batu untuk menghindari badai di gurun pasir di tempatku berpijak saat ini...entahlah

*di suatu tanggal, dalam banyak doa mohon naungan Allah semata.

No comments:

Post a Comment