Saturday, January 29, 2011

Aku Biarkan Semuanya Menguap

Negara Tropis didera angin dan hujan, semula sejuk lalu berubah menyeramkan maka Cuma PadaNya sebaik-baiknya Pelindung tempat aku berpasrah & berlindung, Dia Yang Maha Perkasa  Allahu Ya Wakil (Yang Maha Melindungi)

Siang sampai sore hari ini aku membongkar lemari dan menatanya kembali.
Memilah baju anak-anak sampai menyortir mana yang masih bisa dipakai dan mana yang sudah tidak cukup lagi.
Beberapa yang sudah tidak layak pakai akan aku jadikan koleksi serbet alias lap untuk bersih-bersih.
Yang masih layak tapi sudah tidak muat aku sisihkan untuk bakal diberikan pada siapa yang membutuhkan.
Ada beberapa kenangan yang menari ketika aku melipat baju-baju itu.
Sepertinya memang aku sedang sensitif, hehehe aku sempat tersentuh ketika membereskan baju-baju bayi, teringat kenangan-kenangannya.
Tapi sangat tidak masuk akal kalau aku tetap menyimpannya, bukankah dulu baju-baju bayi Daffa juga tidak aku simpan.
Selimut biru yang ada tudung kepala bayi itu aku sisihkan ada 2, punya Daffa & Cici.
kenangan itu seperti embun, indah tapi tidak mungkin menetap selalu berganti di kemudian hari.
  *foto diambil dari cottagewytch.blogspot.com*
Aku masukkan tas yang layak dan aku antarkan ke seseorang yang punya bayi.

Giliran membongkar baju-bajuku, aku terpaku di beberapa kebaya-kebayaku.
Kenangan-kenangan kapan memakainya menari dihadapanku, aku diam sejenak berusaha mengaburkan kenangan dimana aku begitu senang memakainya begitu senang dengan kerepotan berkebaya dan berkain panjang.
Aku sisihkan, entah kenapa aku begitu takut menyentuhnya.
Aku beralih ke baju-baju suamiku, aku lipat dan aku sortir mana yang masih dia pakai dan mana yang tidak lagi dia pakai lagi.
Dan aku terjebak lagi, ada beberapa hem yang meski tidak sama dengan kebayaku tapi sering aku padu padankan kalau kami ke undangan dan jamuan kerabat dan teman, membuatku mengenangnya.
Akh sudahlah biarkan semua menguap, seiring dengan berjalannya waktu.
Kenangan-kenangan itu seperti embun, sejuk tapi tak selamanya menetap, selalu berganti dengan kenangan-kenangan baru.
Embun tetaplah sejuk meski menguap terkena hangatnya sinar matahari, membakar perlahan lalu menguap.
Cukup aku simpan kenangannya tapi tidak barangnya.

*setelah mendaur ulang*

2 comments:

  1. tulisan2mu bikin aku terbakar untuk mencurahkan semua, tapi kadang aku takut terjebak dalam ke-melankolis-an diriku.

    aku takut dalam sepi, karena aku menyesak dadaku akan masa-masa lalu yg sering ingin aku buang dan menguap dengan cepat.... agar aku bisa hidup gembir...

    huhhh

    ReplyDelete
  2. apa ya sepanas itu tulisanku ini
    lha wong hanya pengen mengalirkan genangan yang ada di hati
    Masa lalu yg manis dan pahit itu sesekali perlu dikenang untuk melihat perjalanan yang telah kita tempuh, itu menurutku
    Aku tetep butuh masa lalu meski memandangnya dari kaca kecil dengan meliriknya saja

    ReplyDelete