Sunday, January 16, 2011

review ala duhita Love in the Time of Cholera (bagian 2) *cuma dari kacamata penggemar film drama alias bukan pengamat film*

Adegan penuh nelangsa tapi halus, Fermina menerima pinangan Dr Juvenal Urbino.
Florentino Ariza sampai menangis sedih meringkuk, pilu dalam kata-kata penghiburan ibundanya.
Sepintas ada bahagia yang nampak pada Fermina Dazza setelah menikah.
Secara tidak sengaja Florentino berjumpa dengan Fermina & Dr Urbino (diperankan oleh aktor Benjamin Bratt *lali wingi gak tak sebutno, dasar amatir*), sumringahnya Florentino menatap Fermina dan ketikas sadar Fermina sudah menikah, wajah Florentino berubah muram terlebih ketika dia melihat Dr Juvenal Urbino.
Javier Bardem sangat piawai memainkan perannya, perubahan mimiknya begitu natural (pantesan Penelope Cruz jatuh cinta padanya  *halah ajur ono muatan berita lain*)
Florentino Ariza jadi penulis surat untuk umum, maklum jaman itu bisa menulis dan membaca masih rendah.
Florentino menerima permintaan seorang pria untuk menuliskan surat cinta pada psangannya.
Kata-kata indah Florentino mengalir indah.
Digambarkan di film ini bagaimana pasangan itu akhirnya menikah dan memiliki seorang putra.

Sepertinya jawaban Fermina ketika Florentino sempat meminangnya itu benar-benar dipegang oleh Florentino, boleh Fermina menikah dengan Dr Juvenal Urbino tapi dia yakin kelak Fermina akan menerimanya, tentu Florentino menanti masa janda Fermina dengan catatan menanti Dr Juvenal Urbino meninggal, tidak perceraian yang berlaku bagi keyakinan mereka.
Semuanya digambarkan syahdu dan halus.
Untuk mencapai cita-citanya mendapatkan Fermina kelak, Florentino sadar dia harus bekerja keras agar dia punya harta dan kedudukan.
Semuanya boleh sesuai rencana hidup masing-masing tapi tetap saja jalan hidup tidak mudah.
Florentino menjaga hatinya memang untuk Fermina Dazza seorang tapi dia melaluinya dengan hubungan affair dgn banyak wanita dalam kurun waktu 50 tahun itu.
Malah Florentino menyebutkan jumlah wanita yang terlibat affair dengannya kepada penjaga mercusuar yang menjadi sahabatnya, 622 wanita.
Pernikahan Dr Juvenal Urbino dan Fermina Dazza pun tidak seperti kelihatannya yang bahagia dan stabil, ada suatu masa dimana Dr Urbino terlibat affair dengan wanita lain.
Hancur hati Fermina, tapi dihadapinya dengan tenang, Fermina yang nampaknya rapuh itu malah kelihatan berkuasa.
Terlebih ketika dia menjawab nelongsonya Dr Urbino disini Benjamin Bratt pun bisa terlihat rapuh karena patah hati yang dia rasakan setelah memutuskan hubungan dengan wanita simpanannya.
Sosok Dr Urbino yang angkuh dan penuh percaya diri bisa habis rata, bravo Benjamin Bratt, aktingnya luar biasa.

Sebelum kejadian affair ini ada Fermina sudah merasa bahwa pernikahannya hanya nampak indah dari luar.
Penolakan atau tidak begitu diakui kedudukan Fermina sebagai istri Dr Urbino dari Ibunda Dr Urbino kelihatan sekali.
Nampak di acara minum teh bersama, begitu cara orang kuno ngerumpi.
Tanpa Fermina sadari dia mengakui Florentino adalah bayangannya, ini terlontar ketika kumpulan ibu-ibu kelas atas ini membahas Florentino Ariza sebagai pemilik ekspedisi kapal barang dan kapal pesiar mewah.
Dr Urbino tahu bahwa di dalam hati istrinya ada sesuatu yang tersimpan tanpa ia sadari sebelumnya.
Adegan Dr Urbino menjumpai Florentino Ariza sangat halus dan jelas, Dr Urbino selalu menegaskan betapa dia mencintai Fermina, Florentino bisa dengan tenang menekan emosinya walaupun dia serasa kehilangan udara.

Fermina merasakan begitu cintanya Florentino ketika dia tanpa sengaja memandang bangku di bawah balkon kamarnya, teringat Florentino meminangnya. Dia bergumam bagaimana pun cinta itu unsur terpenting dari pernikahan sampai dia sedikit berkhayal bisa jadi dia hidup bahagia dengan Florentino jika dia berani memilih Florentino.
(asli aku terhanyut, ayahab lop)
Para artis yang terlibat film ini mendukung keindahan karya Gabriel Garcia Marques ini.

Sampai kembali ke adegan pembuka film ini, aku baru tahu intinya.
Penantian Florentino Ariza pada Fermina Dazza benar-benar penuh pengorbanan itu tidak serta merta mendapatkan sambutan baik dari Fermina.
Tapi Florentino tetap berjuang memperbaiki hubungan pertemanan mereka yang sudah tak lagi muda.
Perjalanan waktu bisa begitu digambarkan dengan realistis oleh Gabriel Garcia Marques sampai juga di Film Love in the Time of Cholera ini jadi klik.
Layak ditonton bagi penggemar film drama.
Alurnya halus.
Dan aksen latinnya begitu kental membuat aku mudah mengerti kata-katanya (*soale malih jelas Englishnya*)
Film ini disutradara-i oleh Mike Newell, Dibintangi oleh Javier Bardem, Benjamin Bratt dan
Giovanna Mezzogiorno. Dirilis di tahun 2007.
Layak ditonton  :)
Akhir Film ini juga indah (asli gak tak bocorkan akhirnya ben Dewi & Aan membaca novel tebalnya huahaha).

Somewhere outhere, 17 January 2011. Review Film by duhita yg pertama kali dipublish.
hihihi, ajur kan

*Foto diambil dari  :https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs1M4MRopxnYfP-M5qgQMf1Kii2mQDrfb9gJy0wLpp0BHxIexkF5ZdBgrX4KZdnvlaAPf0Wzd52Xx7qqJ4m5OW6t7jub9aap1TJfcBrWgcmZHHWWbwHwmsJY_xHUj9Pf2-35UL6wegVpOF/s1600/love-cholera.jpg
 

No comments:

Post a Comment