masa kelam,masa pengasahan hati,kalbu serta fisik kami" .
Pagi ini, di suatu tempat yang sangat asing bagiku, aku mulai mencuci popok-popok bayi kami, Menara Akbar Dharma Mulia.
Tiba-tiba si sulung membuntutiku sambil memegang erat rok-ku.
"Mama,sakit punggung Kakak tidur di kasur tipis itu...",rengeknya melecut hatiku, mengiris kalbuku.
Aku cuma mampu mengelus rambutnya yang tebal itu, memandang mata bulatnya yang indah, lalu aku berbisik pelan di telinganya.
"Sabar ya sayang, tidak lama koq kita disini, terimakasih Kakak sudah ikut berjuang ya, mau tidur di kasur tipis itu, kamu hebat".
Air mata mendesak ingin tumpah ruah tapi sekuat tenaga aku tahan sambil aku dekap dia.
Lalu dia ikut jongkok disebelahku, menemaniku mencuci baju-bajunya, baju adiknya serta baju papanya, sesekali aku mencuri pandang wajahnya, aku berdebar menanti ekspresi apa yang akan dia nampakkan.
La Khaulla wa La Quwatta Illah Billahi.
Hanya Engkau Ya Allah Yang Memberi kami kekuatan.
La Khaulla wa La Quwatta Illah Billahi.
Hanya Engkau Ya Allah Yang Memberi kami kekuatan.
"Mama nggak kangen mesin cuci kita kalau pas mama mencuci begini?",tanyanya polos dengan wajah bulatnya,dengan sorot matanya yang berbinar cerah.
Aku menggeleng pelan.
"Mama nggak kangen rumah datuk & Uti pas melihat rumah kecil yang kita tempati sekarang?", tanyanya semakin mendesak mengarah ke perasaannya,
Ya Allah, bahkan Ananda kami terasa kami sekarang jauh berbeda.
Ya Allah, bahkan Ananda kami terasa kami sekarang jauh berbeda.
"Kak Daffa,semua itu jadi kenangan jadi mama pun merasakan yang seperti Kakak rasakan,kita jalani saja ya dengan doa dan Papa pun berusaha terus,Mama minta doa Kakak ya", jawabku.
Entah dia mengerti atau belum mengerti, aku cuma bisa menjawab demikian.
Setelah selesai dengan cucianku, anak sulungku ini masih mengikuti terus.
Aku membersihkan ruang depan yang sempit dan kusam dindingnya itu.
"Mama,aku lapar...", suara lucunya itu menyentakku, membuatku sadar bahkan aku belum memasak apapun.
Aku ke dapur kecil melihat persediaan makanan yang kami punya
tinggal beras 2 gelas kecil,dan satu telur ayam.
Aku memulai memasak ternyata minyak gas kompor mitan yang kami punya mulai menipis.
Suamiku ternyata dari tadi memperhatikanku, lalu dia menghampiriku...
"Honey,maafkan aku ya",katanya dengan suara beratnya itu.
Dan aku tahu dia mengucapkan dengan seribu penyesalan yang cukup menyiksanya...aku cuma memeluknya sebentar lalu mengusap air matanya juga air mataku, air mata kami.
Dengan kasar kata hatiku mendesak hatiku, sedemikian parah inikah jalan yang harus kami lalui???
Aku menepis kata hatiku dengan keras juga.
"Duhita,karena kau begitu istimewa maka Allah Memilihmu untuk menjalani ini".
Pongahnya jawabanku itu menepis gundahku.
Sebentar kemudian suamiku kembali entah dari mana,dia membawa 2 bungkus nasi campur.
Daffa senang sekali,matanya berbinar lalu makan dengan lahap.
"Sebentar lagi kamu menyusui Menara,makanlah", kata Suamiku menyodorkan satu bungkusan yang tersisa.
Kalau aku makan, Suamiku makan apa, begitu pikirku.
"Kita makan berdua ya," kataku
Suamiku menggeleng tapi aku memaksanya.
Sekedar mengisi perut kami diam dalam pikiran kami masing-masing.
Aku tidak mau mengusik pikiran suamiku dengan pertanyaan yang akan membuatnya terasa makin berat.
Setiap helaan nafasnya aku merasakan bebannya.
-------------------bersambung--------------------------
*Negara tropis panas membakar kenangan masa berat yang mulai berlalu*
Ya Allah Al Karim Al Muqiit....
ReplyDeleteYa Muhaimin...
Semoga Allah merahmati Wanita Perkasa ini dan keluarganya, dengan kasih sayang yang berkelimpahan
Sebuah catatan kecil 2.5 tahun silam, dimana menetes titik air mata cinta dari kisah tulisan ini,,
tear is power !!
Amien Ya Rabb
ReplyDeleteterlalu tinggi menganggapku perkasa
karena cuma ALLAH YG MAHA PERKASA YG MAHA MENGHENDAKI aku untuk menjalani ketetapanNya.
dari sini aku bisa memandang indah sebungkus nasi campur,bisa memandang indah segala Rahmat Allah...baik itu benbentuk kesempitan serta kesusahan.Menyebut AsmaNya jadi lebih berasa
Ya Allah, yang maha mengetahui, maha pemurah dan maha segalanya.... semoga Allah selalu memberikan kesabaran, keberkahan dan mendekatkan, membukakan pintu rejeki yang melimpah dan barokah.... Amin. You are the best sister, the best mother & the best wife..... be tough sist.... We Love U much...
ReplyDeleteDani...kita ini cuma butiran debu yang harus patuh Pada Yang Maha Punya Kehendak :)
ReplyDeleteaku cuma DisuruhNya Mengikuti arah jalan Yang Telah Dia Tentukan,selama nafas dan iman tak terlepas dari raga serta semangat membakar jiwa untuk berusaha kenapa aku mesti tidak menerima KeputusanNya.
Aku yakin ini pengasahan diri dan proses yang harus kami lalui dengan ikhlas.I Love U too Dani...