Tuesday, September 13, 2011

Mulut manismu penuh racun

Negara Tropis panas membara baiknya untuk membakar kebencian agar menjadi kedamaian, sebaiknya begitu.




Aku terkesiap tak menyangka, tuduhan-tuduhan keji yang ditujukan padaku itu hasil pemikiran si mulut manis yang aku anggap memang manis dan tidak berbahaya.
Ternyata aku salah, justru tuduhan keji itu hasil olahan orang baru yang selalu bermulut manis padaku.
Aku kaget penuh dengan kekecewaan, tidak aku sangka tapi memang ini yang harus terjadi, ini yang harus aku lalui.
Kenapa kau menganggapku culas padahal sedikitpun aku tidak pernah merugikanmu, malah aku merasa dekat sampai aku merasa kau orang yang baik dan santun.
Ini memang jalan yang aku lalui agar tersadar kembali bahwa tempat paling mulia adalah hening dalam doa, merintih penuh sedih hanya padaNya semata.
Bahwa Allah tidak pernah mengecewakan hambaNya.
Ini pelajaran mahal bagiku agar aku tidak terlalu eforia menyambut orang yang bermulut manis karena sebenarnya pandanganku cuma sebatas permukaan, aku tidak bisa membaca hati orang.


Aku kecewa tapi bukan berarti menyumpah serapah dirinya dalam doaku. Doa apa yang penuh sumpah serapah ??? Itu bukan doa, doa itu penuh kebaikan, penuh dengan bersihnya hati.
Aku berdoa untuknya agar hatinya kelak bersih dan bening bahkan manis, semanis mulutnya.


*dalam kekecewaan tapi tetap harap penuh kedamaian dan kebaikan, jarak yang jauh baik bagi kita*

No comments:

Post a Comment