Semalam aku mengalami hal luar biasa,membuatku merenung arti persaudaraan dan yang terutama lagi tentang cinta kasih seorang Ibu pada anaknya.
Sejak usai adzan Ashar,di Musholla depan rumahku nampak ada pendatang yang sholat disitu.Karena sekitar rumahku sepi dan jarang dilalui orang maka nampak sekali kalau yang sedang sholat itu bukan penduduk sini.
Seorang Ibu muda dengan anak perempuannya berumur sekitar 8 tahun.
Anak perempuan itu ceria dan nampak cantik dengan baju muslimah anak-anak yang ceria warnanya,oranye.
Sesekali dia memainkan Handphone kadang dia menelpon...
"Papah...Alma dibelikan pulsa ya------oh iya ini Alma ngantar Ibu main ke rumah temannya-----ya Alma suka sekali-----ini sudah dekat rumah Nenek"----blablablabla aku cuma menangkap obrolan dari Alma itu saja.
Ashar berlalu,mereka berdua masih nampak di mushola.
Maghrib berlalu,mereka juga masih di mushola.
Setelah sholat Isya' berjamaah,mereka juga masih disitu.
Jam 21.00 lebih,mereka berdua masih di mushola...Ibu muda itu memangku Alma yang mulai tidur.
Aku menghampiri mereka...
"Ibu ini mau kemana?",tanyaku
"Ada Pak Iwan?",tanya balik Ibu muda itu padaku...jawaban yang tidak nyambung dengan tanyaku padanya.Aku diam tertegun sejenak dan baru sadar dari pertanyaan dia ke aku tentang Pak Iwan yang tidak aku tahu itu aku jadi ngeh ternyata Ibu muda yang cantik ini sepertinya linglung.
"Saya belum makan Bu...boleh saya minta makan dirumah Ibu?",suara Ibu muda itu memecah roso ketenggenganku...
Aku mengangguk...lalu Ibu muda itu bangkit dengan sekuat tenaga tetap menggendong putrinya yang sudah cukup besar untuk digendong demikian.
"Saya harus minum obat tapi saya belum makan...",kata Ibu Muda yang belum aku tahu namanya itu.
15 menit berlalu,Ibu muda cantik itu sudah makan...aku duduk disampingnya.
"Ibu ini siapa namanya,dan mau menemui siapa di kampung ini?",tanyaku
"Nama saya Rena (sensor bukan nama sesungguhnya),saya kesini nyari Pak Iwan",jawabnya dengan tidak jelas karena lidahnya agak ada gangguan.Aku mendengarkan dengan konsentrasi yang tinggi...
"Pak Iwan yang mana yang Ibu cari?",tanyaku balik...
"Boleh saya menginap disini ya,ini sudah malam,angkot sudah tidak ada",jawab Rena...sekali lagi gak nyambung dengan pertanyaanku.
Melihat Alma yang tertidur pulas...aku miris,aku nangis dalam hati,rasanya bagaimana kalau itu terjadi padaku meski tidak ada bayangan sedikitpun aku akan mengalami seperti Ibu muda itu...
Aku diam memikirkan jawabku...
Aku tidak ada firasat buruk sedikitpun pada Rena ini.
"KTP Ibu Rena mana ya...nanti saya sampaikan ke Pak RT karena Ibu Rena akan bermalam dirumah saya ini?",kataku
Lalu dia memberi jawaban yang mengejutkan...
"KTP saya sudah saya robek-robek karena gara-gara KTP saya pernah dilaporkan polisi lalu saya dijemput paksa oleh keluarga saya lalu saya dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa...Saya ini tidak Gila!!!",bentaknya ke aku...
Aku berdiri terpaku mendekap Menara...merapat ke arah Daffa.
Ya Allahhh...
"Ibu bisa ngerti kan...kalau saya masuk ke Rumah Sakit Jiwa,saya berpisah lagi dengan Alma",suaranya mulai bergetar dan mulailah dia menangis sambil bercerita yang aku tidak tahu jelas apa yang dia ceritakan.
Aku cuma diam menatapnya...dia menciumi Alma yang tidur sampai Alma terbangun...
"Jangan nangis mama,Alma disini",kata-kata Alma serasa seperti suara Daffa...aku menggenggam tangan Daffa.
Daffa dan aku saling berpandangan...terhanyut melihat adegan yang demikian nyata didepan kami.
Rena meracau apa saja yang aku tidak tahu...
Begitu malangnya engkau Rena...mana saudaramu,mana uluran tangan yang mestinya membantumu...Ya Allah...aku tak berdaya
Singkat cerita aku dibantu Medi(penjaga mushola) dan istrinya untuk menghubungi Pak RT.
"Ibu,mau beli jam tangan saya...saya jual buat ongkos tapi saya pergi besok pagi aja ya",kata Rena menghampiriku.
Jam tangan merk Elle itu dia tawarkan ke aku...aku mengembalikan jam tangan itu ke genggamannya,bau parfumnya jadi terasa,khas bau parfum berharga mahal.Aku pandang wajah Rena,wajahnya bundar,kulitnya bersih dan cantik.Bajunya juga rapi terawat,rambutnya nampak kalau dia sering ke salon.
Sejenak kemudian para Bapak-bapak yang sedang ronda itu mendatangi rumah kecilku ini.
"Saya minta bisa menginap dirumah Ibu ini semalam",kata Rena ...entah dia mau bicara dengan siapa.
"Begini Bu,Pak Iwan sedang diluar kota dan dia pergi selama 2 minggu,tadi kami menghubungi beliau,beliau berpesan agar Ibu pulang saja,kasihan Mama Daffa ini kan bukan siapa-siapa Ibu...tolong Ibu pahami ya",kata salah satu dari Bapak-bapak itu.
"Saya ini tidak gila...",jawab Rena lagi lagi gak nyambung.
Membuatku semakin memeluk erat Menara dan menggenggam tangan Daffa.
"Iya,kami ngerti tapi kan Pak Iwannya tidak menitipkan Ibu ke Mama Daffa,tidak ada kata-kata kalau mau menitipkan Ibu...",jawab salah satu Bapak-bapak itu.
"Besok pagi aja saya perginya",jawab Rena.
Salah satu dari Bapak-bapak itu menghubungi Pak Iwan melalui Hp,entah apa yang dibicarakan...aku sudah cukup tegang dengan kata-kata Rena "Saya Tidak GILA"
Sejenak kemudian Rena mengemasi barang-barangnya lalu menggendong Alma yang tertidur...
Alma terbangun,Rena menyodorkan air putih kemasan...
"Maafkan Mama ya,Alma jadi bangun...",kata Rena sambil mengusap kepala Alma.
Alma menggeleng lalu Rena mengecup kening Alma dengan kasih sayang...dan aku tahu itu.
"Bapak bisa antar saya ke perumahan x disana ada sepupu saya",Kata Rena ke Bapak-bapak ronda itu...
Kami para warga yang terlibat dengan peristiwa ini berunding...mengantar Ibu muda ini ke rumah sepupunya dan memberi ongkos secukupnya.
kasih sayang seorang ibu itu tidak mengenal kata gila & waras |
Tepat Jam 22.30 kejadian ini berlalu menyisakan kata-kata "Saya Tidak GILA" dan rasa kasih sayang seorang Ibu yang tulus(aku tahu itu bukan dia dramatisir)...lalu membuatku miris.
Kalaupun Rena itu gila...kasih sayangnya sebagai seorang Ibu tetap tidak GILA...tapi luar biasa indahnya meski entah apa yang terjadi dengan hidupnya...
"SAYA TIDAK GILA" kata-kata tajamnya membuatku terjaga sampai pagi ini......
*negara tropis panas membara berganti hujan tiada berhenti*
cerita yang membuatku miriis, merinding...
ReplyDeleteooohhh GUsti...jagad dewa batara, boleh jadi manusia dianggap terganggu ingatan oleh manusia lainnya, tapi asma-MU ya Rahman, ya Rahim, ya Latiif, ya Salam....
memang .... kadang 'hati' tidak nyambung dengan akal, tapi lewat catatan ini, aku menyaksikan-nya
thanks mbak Dita, catatan ini sangat mencerahkan.., like this