Negara tropis mulai sering diguyur hujan, jadi merindukan teriknya matahari cerah.
Masih saja dan tetap saja halangan-halangan selalu terbentang tapi aku meyakini bahwa nikmatNya masih jauh lebih besar terhampar untukku.
9 tahun yang lalu, suara kecil Daffa kalau ingin mainan selalu tidak lama terjawabnya, kehidupan begitu bergulir mudah. akh sudahlah.
Sudah sebulan ini Menara kalau ikut aku ke toko klontong untuk beli beberapa keperluan dia selalu ikut, lalu dia jongkok dengan tenang di bagian mainan anak-anak, menatap mesra pada sebuah mobil yang ada remote control-nya itu. Begitu aku hampiri, dia dengan suara lucunya yang khas renyah itu berkata, "Kalau mama punya uang nanti, aku minta dibelikan mobilan (mobil-mobilan) ini boleh kan, sudah aku suruh tunggu itu mobilan lho Ma".
Keinginannya sederhana tapi dahsyat sabar dirinya tidak seperti anak lain yang harus dibelikan saat itu juga, dia juga tenang tidak merengek, justru karena dia begitu, seakan membuatku tertusuk, perih hatiku, ngilu.
Sabar ya Menara, kelak kita tidak begini, percayalah.
Saat inipun sudah mewah buat kita semua, Papa, Kakak Daffa, Menara dan Mama diparingI kesehatan dan cukup makan meski sederhana.
Sabar ya Nak.
Tangisan hatiku seakan menggodaku ingin kembali ke titik 9 tahun yang lalu tapi itu hanya bisikan maut menyedihkan.
Menghadapinya dengan kuat itu yang utama.
Aku percaya tidak selamanya kami seperti saat ini...
Biarlah kasih sayang Allah saat ini aku nikmati meski perih menahan akan duniawi sebentar saja...tunggulah barang sejenak ya Nak. Bisikku lirih.
ditulis ditengah badai pemikiran kenapa sejauh ini aku melangkah aku hanya bisa diam
No comments:
Post a Comment