Tuesday, November 2, 2010

Irasional 1 (dari catatan awal 2008)

Negara tropis panas tak menentu berganti hujan yang syahdu lalu berubah menjadi ganas siap memangsa siapa saja.

Tidak masuk akal kalau aku masih berdiri bertahan lalu berkeras membeli beberapa tube perawatan kulit untukku.
Aku termangu menatap tube-tube yang mulai kosong.
Membayangkan beberapa waktu lalu bahwa semuanya begitu mudah aku beli.
Ada sisi perih yang menyeruak di ruang batinku.

"Duhita, siap-siaplah dengan arti "apa adanya" itu dengan sebenarnya", pikirku menyetir memutar haluan pandanganku.
Beberapa hari ini aku sudah menggunting tube-tube perawatan kulit wajahku itu untuk sekedar mengais isinya lalu dengan pelit aku mengoleskan sisa-sisa cream itu pada kulit wajahku yang sudah merasa dahaga.
Air mataku ingin meluber aku tahan karena lelehannya akan menghapus cream yang sudah aku kais-kais itu.

Sisi sabarku membisikkan, tidak lama lagi sesekali kau perlu tanpa mereka.
Sisi hedonisku malah mengejekku, bagaimana kau bisa bertahan tanpa merawat kulitmu, pasti sebentar lagi kau akan berbintik-bintik mengerikan bukan jadi menggemaskan seperti anjing dalmation tapi kau mengerikan.
Aku diam menatap wajahku di kaca kecil yang aku punya, terpaku menatap wajahku yang layu serta kelihatan gurat susahku.

Mestinya aku mencampakkan pikiran yang membuatku jadi tamak, menyisihkan setiap koin dari sisa belanja demi keinginanku untuk membeli pelembab wajah.
Gila, aku rela mengurangi jatah laukku demi irit, demi keinginanku untuk membeli pelembab wajah itu.
Beberapa hari ini aku dibuat gila dengan sisi kewanitaanku yang irasional, demi kelihatan tetap cantik.
Aku diam lalu  menangis pelan, mengumpat kegilaanku.
"Duhita, kamu tolol, kamu egois, mestinya kau terima saja jalan yang harus kau lalui ini, kenapa mesti ingin tampil cantik toh anak dan suamimu tetap mencintaimu dengan keadaan apapun", omel hatiku pada pikiran gilaku.
Aku biarkan diriku menangis, toh nanti tangisku reda sendiri seiring dengan redanya irasionalku.

*penderitaan itu datang untuk menempa diri bukan untuk membuat diriku cengeng* 
 
 
 

No comments:

Post a Comment