Wednesday, May 5, 2010

Apa yang kau cari?

Siang ini Yunita(demikian namanya) datang ke rumahku.Begitu turun dari taxi,dia menghambur ke arahku yang sibuk mengangkat jemuran,memelukku sambil terisak-isak.
"Assalamualaikum...",sapaku sambil bingung menerima pelukannya.
"Ayo,masuk yuk...",ajakku.
Dia mengangguk...dan aku terpukau oleh perubahannya,sekarang dia seperti seorang model yang aku lihat di majalah wanita,wajahnya dipoles make up,bau parfumnya pun wangi lembut...hmm pasti parfum mahal.
Sejenak kemudian kami sudah duduk di ruang tamuku yang mungil itu.
Bak banjir bandhang...dia mulai menangis sambil mengatakan sesuatu...
"Sstt...tenang,tarik napas...kalau kau tidak tenang bagaimana bisa aku dengar ceritamu?",kataku perlahan sambil memegang bahunya yang terguncang-guncang karena hebatnya tangis yang menderanya.
Aku berusaha tenang,anak bungsuku ikut mengusap air mata Yunita dengan ujung roknya yang lucu.
Sesaat kemudian Yunita tenang lalu mencium pipi anakku.
"Ir,aku minta cerai ke suamiku tadi malam",katanya lirih.
Meski Yunita berkata lirih...aku malah terlonjak kaget setengah melotot persis adegan film India kalau tokoh ceritanya kaget,maka kamera berulang-ulang goncang seperti terkena gempa dan kilatan petir.
"Apa katamu Yun?",tanyaku ngilu di hati...
Nampaknya suami Yunita baik orangnya,tenang & lembut,belum lagi mereka dikarunia 3 bidadari yang cantik-cantik...
"Irma,aku sudah tidak kuat lagi menahan derita ini..",kata Yunita seakan dia memang menderita.
Aku pandangi seluruh wajahnya..cantik terawat,aku pegang tangannya...tidak ada luka memar...terluka???
"Suami punya pacar?",tanyaku blo'on tidak mengindahkan tata krama lagi.
Yunita menggeleng.
"Apa dia memukulmu sampai luka?",tanyaku tanpa tedheng aling-aling.
Yunita menggeleng lagi.
"Apa ada masalah dari keluarga besar suamimu?",tanyaku tanpa basa-basi.
Ampun gemes aku...Yunita menggeleng lagi.
"Lha trus ono opo kowe sampek njaluk pegat Yun?",tanyaku dengan geran dan kasar dengan bahasa jawaku.
"Aku...aku lelah Ir,aku capek dengan segala keterbatasan kami?",jawabnya gusar...kali ini aku tidak berhak menghakiminya.Aku cuma terasa getir di hati...memang ada rasa ingin  berteriak ke mukanya yang semakin cantik terawat tanda sering ke salon..."Wong yo kamu cukup koq merasa gak cukup!!!!".
Lagi-lagi lidahku kelu.
"Aku enggak akan tanya lagi Yun...aku sambi sambil nyuapin Anna ya? Kamu sudah makan siang?",kataku.
Yunita menggeleng pelan...
"Ayo makan siang bareng sama aku yuk,tapi seadanya ya...ini cuma ada sambel tempe penyet ,perkedel & sop",kataku menariknya ke ruang tengah.
Wajahnya yang sedang muram berusaha tersenyum...
Lalu kami bertiga makan bersama,sesekali aku repot melayani Anna yang masih berusia 3 tahun.
Sebentar kemudian hujan mulai turun,aku bergegas mengangkat jemuran.
Lalu duduk kembali meneruskan makanku,selama aku sibuk Yunita mengamatiku.
"Irma,kamu ngaak capek melakukan ini semua?",tanyanya sambil mengamatiku.
Ya Allah,apakah wajahku berantakan sampai dia bertanya sedemikian.
Aku menggeleng..."Capek apa Yun,cuma di rumah dan nungguin anak justru suamiku yang capek...pergi ke kantor dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore", jawabku menepis segala tanyanya.
Dari tanyanya aku jadi tahu apa alasan Yunita minta bercerai dari Prasetya.
"Koq aku gak tahan ya sama kehidupanku...aku gak bisa diam di rumah sepertimu Ir,maaf ya menurutku seperti orang bodoh.Sekarang pikirlah Ir,buat apa ortu kita menyekolahkan kita sampai sarjana kalau cuma di rumah aja",cerocosnya pedas.
"Ehm menurutmu gitu?",tanyaku balik.
Dia mengangguk.
"Menurutmu kita mendidik anak iku tidak butuh pendidikan?gak butuh sekolah?gak butuh pengertian saling menerima?",cerocosku tanpa ampun.
Yunita menggeleng..."Tapi gak bisa menghasilkan uang kan?",tanyanya balik serasa menyerangku.
Aku tersedak...
"Yunita...kita "mencetak" anak-anak dengan bekal pendidikan kita",jawabku tegas.
"Oh,percuma aku kesini,kau pun mirip Prasetya!",Katanya ketus lalu menyambar Handphone-nya yang menawan ...sejenak kemudian dia lenyap dari rumahku dibawa Taxi yang dia telpon lewat Hp-nya itu.
Aku diam...tercekat!tenggorokanku terasa sakit karena menahan tangis dan kecewa...
Apa yang kau cari Yunita...kamu memiliki suami dan 3 putri yang lucu-lucu,kehidupanmu berkecukupan tapi kau merasa kurang...
Kasihan kalau sampai perceraian itu terjadi maka kelak dia cuma dapat kehidupan semu yang dia impikan.
Sebatas dunia kau pandang tapi kau tinggalkan Anugerah yang ada untukmu.
Kututup pintu ruang tamu,hujan berhenti seakan enggan menangisi keputusan Yunita.

......Somewhere outhere....

6 comments:

  1. Mari kisanak,kisanak datang dari jauh rupanya...silahkan dinikmati dan dikritik.Tq Dewi....

    ReplyDelete
  2. aku nyepi dari Fb untuk menggali sumurku ^_^
    wait for me ya...

    ReplyDelete
  3. saya terjebak...

    apakah ini sebuah cerpen ataukah cerita diri......

    ReplyDelete
  4. sudahlah kau jangan menjebak dirimu sendiri huihihihi
    terima kasih sudah membaca ;-)

    ReplyDelete