Refleksi diri (1)
Semakin mengarah berkurangnya usia, semakin paham bahwa jalan sudah disediakanNya, baru 2 tahun ini mengerti setelah dihajar banyak hal yg dipaksakan oleh keegoisanku untuk diakui untuk dicintai, kali ini aku benar-benar melepaskan diri, tidak mendikte diri untuk aku kan cinta kalian maka kalian cinta aku ya.
Aku juga berhenti dengan pikiran kalau aku jadi dia maka aku akan menolong saudara sendiri yang berkesusahan karena aku baru sadar baru meresapi arti kepasrahan mendalam. Aku berhenti mendikte diriku, aku menerima sepenuhnya diriku, terserah pada orang yang aku cintai mereka membalas cintaku atau tidak.
Refleksi diri (2)
Duhita Hayuningtyas, anak tangga yang rapuh yg harus kau lalui itu pasti berguna untuk menguatkan anak tangga yang mudah kau lalui.
Kerelaan hati untuk menerima semua keadaan adalah bekal utama.
Kalau ada angin badai yang harus dilalui toh setelahnya ada langit biru cerah menantimu.
Refleksi diri (3)
Duhita Hayuningtyas jangan bodoh lagi terbelenggu hal yang tak berbalas karena semua sudah garisanNya.
Kalau ada yang lupa akan engkau itu semua kehendakNya, cukup sudah kau membuktikan cinta dan perhatian. GarisanNya sudah sangat jelas.
Refleksi diri (4)
Duhita Hayuningtyas, jangan mengecilkan arti dirimu hanya karena mereka ndak cinta lagi padamu, cintai dirimu agar kau bisa tertawa lepas lagi demi anak-anak, kembalilah ceria selucu duhita yang sanguine, jangan kau kikis dengan kebencian hanya karena hasad (iri dengki) seseorang bahkan dua orang atau lebih padamu. Itu anugerah terbaik.
Dibenci, dihasut, dikucilkan itu bukan hal yang buruk, itu anugrah karena kau bisa mengasah mata batinmu, Duhita.
Sudahlah jangan merasa jadi korban
Cerialah kembali ya Duhita, langit biru dan hangatnya sinar matahari menanti utk disyukuri begitu juga dengan sinar menyengat dan membuatmu berpeluh, itu semua anugerah bukan kutukan.
Refleksi diri (5)
Tidak perlu gusar kalau keadaan berubah karena yang abadi adalah perubahan
Begitu pula dengan perubahan sikap dan perlakuan hanya karena kau sudah jadi orang pinggiran, Duhita Hayuningtyas
Dengan begitu kau tidak terlena dengan waktu luang, keadaan yang nyaman, orang-orang yang ada dan cinta padamu hanya karena kau berada.
Dengan begini, kau ingat akanNya. Ingat cintaNya
Refleksi diri (6)
Duhita Haayuningtyas, namanya manusia ya ada lebih dan banyak kurang.
Diingat aja yang baik-baiknya, gampang kan.
Cinta tanpa syarat gitu lho...
Biar sudah aku mencintai semua keluarga besarku dengan sederhana, biar sudah kalau ada yang menerimanya bukan sebagai cinta.
Refleksi diri (7)
Semoga kesabaran selalu ada
Seperti sabarnya Matahari ketika mendengar gerutu insan bumi karena sinar teriknya
Seperti sabarnya Hujan ketika mendengar gerutu insan bumi karena dia hanya datang berturut-turut lalu berhenti menyisakan air yang toh nanti terserap tanah.
Seperti sabarnya anak-anak berceloteh menanyakan banyak hal pada ibunya.
Seperti sabarnya orang tua anak perempuan yang anaknya kelak mendampingi pria pilihan hatinya.
Ya Allah aku yang banyak meminta ini ... sekali lagi meminta dilimpahkan kesabaran karenaMu.
No comments:
Post a Comment