Negara tropis panas membara, menyibak tirai keindahan bersyukur.
Sehari menjelang hari tepat persis berkurangnya usiaku, badanku terkena flu.
Sedangkan pekerjaan rumah tangga begitu menumpuk.
Aku benar-benar merasakan betapa kurang bersyukurnya aku kali ini.
Istighfar terus hatiku, lisanku.
Ya Allah mestinya aku mengerti batas kemampuan badanku.
Ya Allah ampuni aku terlalu memaksa diriku.
Sore hari dengan badan gemetar demam aku harus antar anak-anak Madrasah di masjid.
Bagaimana ini, aku diam sejenak lalu Bismillahirrohmanirrohim..sekuat tenaga aku bangun lalu aku mandi, aku gosok badanku dengan jahe, aku cuci bersih rambutku.
Alhamdulillah begitu keluar dari kamar mandi badanku segar, aku minum teh hangat buatan anak sulungku. Sholat Ashar sejenak.
Lalu dia tersenyum manis, "Jadi kan Ma, antar aku ngaji ?", tanyanya pelan-pelan. Aku mengangguk.
10 Menit kemudian anak sulungku sudah di depan masjid.
Wajahnya ceria, dia mencium tanganku, mencium kening adiknya.
Aku bergegas pulang.
Memebereskan rumah, aku mencuci piring gelas yang menumpuk karena aku tinggal tidur tadi.
Mengepel lantai sampai badanku berkeringat.
Dalam pekerjaan rumah yang sedang aku kerjakan aku selipkan doa, aku berkali-kali meresapi doa Dzun Nun,
LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya)
Tanpa terasa, air mataku jatuh. Lunglai tubuhku.
Sampai umur menjelang 37 tahun aku masih suka ngedumel tentang kerasnya hidup.
Ya Allahu...Ampuni hamba.
Baru menjelang 37 tahun ini aku begitu sadar bahwa Allah menganugrahkan semua nikmat, semua kekuatan, semua kejadian ini sesuai denganku.
Ya Allahu, Ampunkan hambamu ini.
Terima kasih atas semua yang telah Kau izinkan terjadi padaku.
Tanganku gemetar serasa Surah Al Anbiya' memanggilku.
Duhita, welcome home
No comments:
Post a Comment