Negara Tropis dilanda hujan menggerus habis kebencian yang kau tebar, ketenangan sudah ada di hatiku.
Tidak ada niatku menanggapi cemoohanmu
Tapi kau selalu mengusikku
Tidak ada dalam pikirku kalau kau sedemikian membenciku
Tidak ada dalam bayangan terburukku sekalipun
Tapi semua tiba-tiba menjelma nyata
Menampar keras kekagumanku padamu
Kau dengan jelas mulai menampakaan warna aslimu
Mestinya aku bersyukur kau sudah bukan jadi bunglon yang bisa mengelabuiku.
Mestinya begitu
Tapi rasa sakit hatiku ketika aku begitu percaya mencurahkan kepedihanku padamu ternyata malah kau dengan teganya menyampaikan semua curahan hatiku dan kau malah jadi sosok putih bersih sedangkan aku...aku terhina paling hina bahkan aku kau jatuhkan dalam berbagai gurauan, sindiran.
Sebegitu bencimu sampai kau mempengaruhi yang lain untuk membenciku.
Bodohnya aku nelangsa pada manusia.
Kali ini aku sudah menjauh darimu, aku mendekat padaNya.
Aku bisikkan segala galauku padaNya
Aku tangiskan semua sedihku
Aku jelang semua bahagiaku
hanya berpasrah padaNya
Aku sudah tidak mendengar cemoohmu lagi Mbak yang ayu, Mbak yang cantik, Mbak yang alim.
Salam takzimku padamu.
Dari cemoohmu aku belajar bahwa semakin kita menghiba pada sesama manusia semakin kita hina.
Tapi kalau kita menghiba pada Allah semata...kemuliaan hanya milik Allah.
Aku berterima kasih penuh syukur atas semua yang ditimpakanNya pada kami ini adalah penyibak kelambu, menganugrahkan mata hati pada kami.
Dengan semua itu aku jadi tahu siapa yang asli dan siapa yang palsu.
Aku sudah tidak mendengarmu lagi, meski aku tetap bisa melihat dengan jelas kepalsuan serta iri hatimu.
Berperanglah sendiri.
Aku sudah berdamai dengan diriku sendiri.
No comments:
Post a Comment